by editor | Dec 3, 2019 | Renungan
HARI ini Gereja memperingati St. Fransiskus Xaverius. Seorang imam Yesuit yang mewartakan Injil sampai di India, Maluku, Filipina, Tiongkok dan Jepang.
Ia hidup pada tahun 1506-1552. Ia termasuk cikal bakal pendiri Sarekat Jesus bersama dengan Ignasius Loyola. Ia memulai misi pewartaan iman pada tahun 1540.
Oleh Ignasius dia diutus pergi ke Goa, India. Ia memulai misinya dengan mengajarkan prinsip-prinsip agama dan praktik-praktik kebajikan. Sepanjang hari dia mengerjakan pelayanannya.
Sejak pagi ia menolong dan menghibur orang sakit di rumah sakit dan di penjara-penjara yang kotor dan bau, kemudian berkeliling di jalan-jalan sambil membunyikan bel memanggil anak-anak dan para budak untuk berkatekese.
Mereka berkumpul mengelilinginya dan ia mengajarkan syahadat iman (credo), doa-doa, dan nilai-nilai kristiani kepada mereka. Ia mengadakan misa untuk para penderita lepra, berkhotbah di depan umum, serta mengunjungi rumah-rumah penduduk.
Keramahan dan kelembutan karakternya, serta perhatiannya yang penuh kemurahan hati, begitu memikat hati banyak orang. Cinta dan kerendahan hatinya membuatnya menempatkan diri sebagai seseorang yang sederajat dengan mereka.
Ia makan makanan yang sama dengan makanan orang miskin, yaitu nasi dan air. Ia juga tidur di atas tanah dalam sebuah gubuk sebagai tempat tinggalnya. Hal ini dilakukkannya dalam mewartakan Injil sampai di Ambon Maluku. Maka gereja Katedral Ambon berlindung pada jasa Sang Misionaris Agung ini.
Dalam bacaan hari ini, Yesus memberi perintah kepada murid-muridNya, “Pergilah ke seluruh dunia. Beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Perintah ini tetap menggema sampai sekarang. Semua orang yang sudah dibaptis diutus untuk mewartakan Kabar Sukacita.
Bukan hanya para imam, bruder,suster atau biarawan biarawati saja yang diutus. Tetapi semua orang yang sudah dibaptis.
Anda sudah dibaptis? Maka perintah ini juga ditujukan kepada anda tanpa kecuali. Mewartakan Injil tidak harus mengajar agama, berkotbah, membaptis, atau menjadi imam.
Cukup dengan berbuat baik, hidup tertib dan rajin, sopan dan tawakal, menjadi orang katolik yang mau melayani sesama dengan tulus. Itu semua sudah bermisi di tengah masyarakat.
Fransiskus Xaverius telah menanam benih iman kristiani. Kita sekarang yang harus memupuk dan memeliharanya supaya berkembang subur agar nilai-nilai Injili semakin dikenal luas di masyarakat. Maukah anda memulai?
Ada es lilin yang tidak manis
Yang dibuat dari buah pisang
Kita semua adalah misionaris
Mewartakan Injil kepada semua orang
Cawas, mengaduk semen biar kuat
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Dec 1, 2019 | Renungan
DALAM tradisi militer, senioritas-yunioritas itu sangat dijaga. Bawahan harus tunduk pada atasan.
Seorang bawahan yang tidak menghormati atasannya bisa dihukum. Ada atasan yang sampai gila hormat. Semua harus dilayani.
Injil hari ini bercerita tentang seorang perwira. Seorang perwira Romawi pastilah seorang yang sangat terhormat.
Dia disegani oleh anak buahnya. Segala perintahnya adalah titah yang harus ditaati. Namun kisah dalam Injil hari ini berkisah lain. Ia seorang perwira yang sangat peduli terhadap anak buahnya. Hambanya sedang menderita sakit.
Perwira ini bukan tipe orang yang jaim. Ia mau terjun langsung dengan beban penderitaan hambanya. Ia tidak merasa pamornya luntur dengan membantu bawahannya.
Dengan statusnya sebagai pejabat tinggi, perwira ini merendahkan diri di hadapan Yesus. Biasanya pejabat tinggi merasa paling bisa mengatasi semuanya, kecuali istrinya sendiri.
Ia datang memohon. Tidak ada kamus minta tolong bagi pejabat. Yang ada adalah perintah. Dalam Injil hal itu jelas tergambar. Perwira itu seperti “melapor” kepada Yesus,
“Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh, dan ia sangat menderita.” Ini adalah laporan, bukan minta tolong. Gengsi seorang pejabat tinggi meminta. Biasanya ia tinggal perintah. Yesuslah yang menawarkan diri, “Aku akan datang menyembuhkannya.”
Sikap Yesus itu mengubah mindset si perwira. Gengsinya yang tinggi runtuh oleh tawaran kerendahan hati Yesus. “ing atase” (susah menterjemahkan istilah ini-red) seorang guru terhormat, “keraya-raya” (siap direpotin) mau datang ke rumahnya.
Maka perwira itu sadar diri, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Merasa tidak pantas itulah yang muncul dalam diri sang perwira.
Bagi Yesus inilah sikap iman kepada Allah. Semua orang di hadapanNya tidak ada yang pantas. Sikap inilah yang dihargai oleh Yesus. kita semua adalah pendosa yang dikasihi Allah.
Maka Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai pada seorang pun di Israel.”
Pada masa advent ini kita semua diajak merendahkan diri di hadapan Allah seperti perwira Romawi itu.
Hanya dengan merendahkan diri, Allah akan turun datang kepada kita. segala usaha manusia yang ingin “naik” menyamai Allah adalah sia-sia. Tetapi kalau kita mau merendahkan diri, Allah akan datang, hadir menolong kita.
Terompet tahun baru sebentar lagi
Mengguntur seperti deru Palapa
Kalau kita mau merendahkan diri
Tuhan datang menolong kita
Cawas, merdu tiupan angin terjepit
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by komsosparoki | Dec 1, 2019 | Renungan
Pada umumnya orang baru memasang CCTV ketika sudah kemalingan. Kadang orang tidak peduli dengan keamanan rumahnya. Baru sadar membuat kunci yang aman kalau ada kejadian pencurian. Warga menggalakkan jaga ronda kampung kalau sudah terjadi pencurian. Pada saat itu pencuri pasti tidak akan datang. Mereka akan beraksi ketika warga terlena. Mereka menunggu waktu yang tepat saat warga tidak berjaga-jaga.
Nasehat Yesus pada Minggu advent pertama ini adalah, “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini, jika tuan rumah tahu pada waktu mana pencuri datang waktu malam, pastilah ia berjaga-jaga, dan tidak membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu selalu siap siaga, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”
Nabi Nuh adalah contoh orang yang siap siaga dan berjaga-jaga. Pertama, dia peka mendengarkan perintah Tuhan. Dia disuruh membuat bahtera untuk seluruh anggota keluarga dan semua jenis ternak di bumi. Peka mendengarkan sabda itu penting supaya kita mengetahui, sehati seperasaan dengan Tuhan. Peka berarti mampu memahami kehendak dan rencana Tuhan. Selain menjalani hidup yang normal, berjaga-jaga berarti memberi waktu ekstra kepada Tuhan.
Berjaga-jaga berarti juga taat kepada Tuhan. Nuh mentaati perintahNya kendati bagi banyak orang itu sesuatu yang aneh bahkan di luar akal. Untuk apa membuat bahtera wong tidak ada hujan atau banjir? Berjaga-jaga berarti melihat jauh ke depan yang orang lain tidak sempat memikirkan. Orang yang berjaga-jaga adalah orang yang mempunyai visi.
Masa Advent ini adalah masa untuk berjaga-jaga menanti kedatangan Tuhan. Menanti kedatangan Tuhan yang akan kita kenangkan dalam pesta Natal. Tetapi juga menanti kedatangan Kristus yang kedua pada akhir zaman. Pesan Yesus jelas bagi kita, marilah kita berjaga-jaga agar hidup kita tidak terlena oleh kesenangan dunia yang memabukkan. Berjaga itu tidak pasif sehingga membosankan, tetapi aktif menggairahkan. Sambil berjaga-jaga kita berbuat sesuatu yang berguna bagi kebaikan sesama. “Mumpung masih ada kesempatan buat kita, mengumpulkan bekal perjalanan abadi” kata Ebiet.
Sore pasang tenda
Malamnya hujan pun reda
Advent sudah tiba
Marilah kita berjaga-jaga
Cawas, berjaga-jaga sambil cukur
Rm. A. Joko Purwanto Pr