SEORANG ibu sedang khusuk berdoa di depan gua Maria yang ada di sudut gereja. Ibu itu terlihat menangis sesenggukan sambil mengusap air mata.
Seorang pemuda dengan pakaian necis, saleh dengan rosario di tangan dan salib tergantung di dadanya mendekati. “Ibu nampaknya sedang berbeban berat.” Ia memulai pembicaraan.
“Kok anda tahu?” jawab ibu itu. “Ibu berdoa khusuk sekali sejak tadi. Saya bisa membantu kalau ibu mau.” Ibu itu memang sedang punya masalah berat dan ini ada orang dengan penampilan saleh ingin membantu.
Ia menduga orang ini pastor di gereja ini. “Ini namecard saya. Ibu bisa menghubungi dan kita bisa ketemu secara private di suatu tempat.” Orang itu menyodorkan kartu namanya. Ibu itu percaya. Ia konsultasi semua permasalahan kepada “pastor” itu.
Tetapi lama-lama pemuda itu meminta uang, perhiasan, kartu kredit, dan barang berharga. Setelah itu ia menghilang pergi tak bisa dihubungi lagi. Awas ada pastor gadungan sedang mencari mangsa.
Kata-kata Yesus hari ini sungguh keras. Kecaman itu ditujukan kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka itu adalah orang-orang yang mengerti hukum dan penjaga nilai-nilai moral.
Tetapi cara hidup mereka justru menghalangi orang mencapai kesucian. Mereka membebani orang dengan aturan-aturan yang berat. Mereka menelan rumah janda-janda dengan doa yang panjang-panjang.
Status janda adalah kelompok yang rentan dan lemah di masyarakat. Seharusnya mereka ditolong bukan dibebani dan ditindas. Mereka mengelabui kelompok lemah ini dengan tindakan religius.
Mereka mencari pengikut kemana-mana, mempertobatkan orang. Sesudah bertobat, mereka dijadikan sapi perah untuk pundi-pundi mereka, bukan untuk kepentingan bait suci.
Mereka berkotbah panjang sampai mulutnya berbuih. Tetapi dibalik jubah panjangnya adalah barang rampasan. Dengan alasan suci mereka mengejar previlegi-previlegi, atau perlakuan khusus hanya demi keuntungan pribadi.
Itulah yang dikecam oleh Yesus, sikap munafik, jualan kesucian demi mengeruk keuntungan pribadi.
Para ahli Taurat ini menutup pintu keselamatan bagi orang-orang yang lemah dan menderita. Banyak orang ingin mencari keselamatan tetapi dipersulit dengan aturan-aturan yang “dibuat-buat”.
Yesus mengutuk/mengecam orang bukan karena Dia marah atau dendam. Yesus mengecam karena perbuatan kita yang menghalangi orang masuk surga.
Kadang kita juga munafik, meyesatkan orang dengan alasan saleh demi keuntungan pribadi kita. Awas kalau tidak hati-hati, kitalah yang dikecam Yesus.
Di Kawah Ijen ada sinar-sinar aneh
Itulah blue fire nama kerennya
Tutur kata dan tindakan kita kelihatan saleh
Hati-hati kalau itu topeng kemunafikan kita
Cawas, suatu senja
Rm. A. Joko Purwanto Pr