PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA BABARSARI
Babarsari, nama sebuah kampung yang terletak di lembah Sungai Tambakbayan, dan menerobos jembatan Jalan Raya Yogya-Solo km.8. Masuk dalam wilayah kelurahan caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahun 1982, merupakan tonggak sejarah bagi umat Katolik wilayah Babarsari, karena pada tanggal 31 Desember 1982 umat yang terhimpun dalam wilayah Gereja Babarsari diresmikan sebagai Stasi Florentinus Babarsari dan menjadi bagian dari wilayah Paroki Kristus Raja Baciro.
Stasi Florentinus Babarsari didalam pengembangan kehidupan menggereja didukung oleh 6 lingkungan yang terdiri dari Lingkungan Santo Yusuf Tambakbayan, Santo Bartolomeus Babarsari, Lingkungan Sang Timur Janti, Lingkungan Santa Maria Bantulan, Lingkungan Menara Gading Mundu Saren, dan Lingkungan Santa Elizabeth.
Pada tanggal 20 September 2009, Gereja Maria Assumpta Babarsari diresmikan sebagai paroki mandiri oleh Mgr. Ignatius Suharyo (SK no. 0981/B/I/b-6a/09, tertanggal 12 September 2009), dan menjadi badan hukum Gereja sejak tanggal 21 Desember 2009, berdasarkan Akta Notaris No. 08 tentang Pendirian Badan Gereja “PGPM” Paroki Santa Maria Assumpta di Babarsari, Yogyakarta.
Dalam perjalanan sebagai paroki mandiri, Gereja Babarsari memerlukan penegasan arah bersama untuk mewujudnyatakan reksa pastoral yang kontekstual dan terpadu. Visi ini menunjukkan dinamika “Gereja yang hidup” di tengah keprihatinan Gereja Keuskupan Agung Semarang sekaligus mengurat-akar di tengah konteks umat dan masyarakat di wilayah paroki Babarsari.
Berkembangnya Gereja Babarsari menjadi Paroki juga berimbas pada bertambahnya 2 lingkungan baru yaitu Lingkungan Santo Stefanus Puluhdadi dan Lingkungan Santa Maria Immaculata Kledokan, sehingga pada tahun 2009 Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari memiliki 8 lingkungan.
Karena perkembangan umat yang begitu pesat, pada tahun 2017 Lingkungan Elizabeth mekar menjadi 2 lingkungan, yaitu Lingkungan Santo Rafael dan Lingkungan Santo Mikael.