Puncta 06.06.20 Markus 12:38-44 / Ketulusan Seorang Janda

 

KETIKA Hanoman menjadi duta ke Alengka, dia ditangkap oleh Indrajid, anak Dasamuka. Hanoman diikat dan dijemur di alun-alun sepanjang hari.

Togog seorang abdi raja yang baik dan sederhana memberi “kendi atau tempayan” berisi air untuk menghilangkan dahaga Hanoman. Hanoman sangat berterimakasih kepada Togog dan berpesan supaya pintu rumahnya dipasang janur kuning.

Dasamuka memerintahkan para prajurit untuk membakar Hanoman hidup-hidup di tengah alun-alun. Perapian yang besar disiapkan dan api menjilat seluruh tubuh Hanoman.

Mereka mengira Hanoman sudah mati. Tetapi dia justru hidup dan meloncat kesana kemari dengan api ditangan membakar seluruh istana. Ia melihat satu pondok yang diberi janur kuning.

Itulah pondok Togog Tejamantri abdi yang baik hati. Hanya pondok Togog itu saja yang luput dari amukan api Hanoman.

Dalam Injil dikisahkan dua tokoh kontras, ahli-ahli Taurat dan janda miskin. Ahli-ahli Taurat itu berperilaku sombong.

Mereka suka pamer dan menerima penghormatan di pasar, suka duduk di tempat terhormat dalam rumah ibadat dan perjamuan.

Mereka merampas rumah janda-janda dengan mengelabuinya memakai ayat-ayat Kitab Suci. Mereka pandai mengutip ayat-ayat dan berdoa dengan mulut berbuih-buih.

Sedangkan janda miskin itu seperti abdi sederhana Togog Tejamantri. Ia tidak punya apa-apa. Hanya dapat memberi sumbangan kecil uang dua peser.

Togog itu hanya memberi seteguk air untuk menyegarkan Hanoman. Janda miskin itu tidak punya apa-apa dibandingkan orang-orang kaya yang menyumbangkan uangnya ke peti persembahan.

Allah melihat keikhlasan dan ketulusan hati janda miskin itu. Walaupun sedikit tetapi itu adalah nafkah hidupnya untuk sehari. Orang-orang kaya itu memberikan dari kelimpahannya, sedangkan janda itu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.

Yang dilihat Allah bukan jumlahnya, tetapi kerelaan untuk mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah.

Kalau berdoa kepada Allah biasanya kita minta yang banyak, besar, berlimpah dan berlebih. Tetapi kalau kita mempersembahkan kepada Tuhan, terlalu sedikit dan dihitung-hitung.

Marilah kita belajar dari janda miskin yang tulus ikhlas mempersembahkan kepada Tuhan. Berkat melimpah pasti Tuhan berikan.

Pohon pisang diukur panjangnya.
Buah pisang dijual mahal harganya.
Bagi Tuhan kita berikan semuanya.
yang penting dengan tindakan nyata.

Cawas, memburu senja….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 05.06.20 / PW. St. Bonifacius, Uskup dan Martir Markus 12:35-37 / Keturunan Bangsawan

 

SAUDARA sepupu saya punya garis darah biru. Dia adalah generasi ke 15 keturunan Sultan Pajang, Pangeran Hadiwijoyo. Ada sertifikat atau kekancingan resmi yang menunjukkan garis keturunan itu.

Walau demikian hidupnya tetap sederhana, jauh dari tradisi kraton. Kalau diruntut kebenarannya mungkin juga sulit karena minimnya data-data.

Sertifikat semacam itu sekarang ya hanya sebatas kebanggaan saja, bahwa ada bukti keluarga ini mempunyai garis keturunan bangsawan. Kalau sertifikatnya bisa saya pakai untuk jaminan kredit, mau saya pinjam. He…he…he…

Orang-orang Yahudi berpendapat bahwa Mesias berasal dari garis keturunan Daud. Ahli-ahli Taurat yakin bahwa akan datang Sang Pembebas yang berasal dari Wangsa Daud.

Yesus menjelaskan bahwa Mesias itu datang dari Allah. Dia itu Putra Allah. Makanya Dia mengutip kata-kata Daud sendiri, “Tuhan telah bersabda kepada Tuan-Ku: Duduklah di sisi kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.”

Para pengarang Injil mau meyakinkan kepada para pembacanya bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah. Markus mengawalinya dengan menyebut, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.”

Di akhir Injilnya, Markus menyimpulkan status Yesus itu di dalam kata-kata kepala pasukan yang menyalibkan-Nya, “Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.”

Matius berbeda dengan Markus. Ia menuliskan daftar silsilah panjang dari Abraham sampai Yesus. Mateus mau menunjukkan kepada para pembacanya yang kebanyakan orang Yahudi bahwa Yesus itu berasal dari keturunan Daud.

Daud adalah raja paling besar dan dihormati oleh Bangsa Yahudi. Silsilah itu dipakai untuk meyakinkan mereka tentang siapakah Yesus itu.

Lukas menceritakan siapa Yesus melalui kabar Malaikat kepada Maria. Malaikat itu berkata, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya.”

Gelar itu mau menunjukkan kuasa atau kedudukan tinggi pribadi Yesus. Ia pantas dihormati dan disembah karena berasal dari Allah, melalui garis keturunan Daud, leluhur-Nya.

Kita percaya bahwa Allah mengutus Putra-Nya menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Kalau kita percaya, kita akan diselamatkan-Nya.

Pasang antene TV di teras rumah.
TV ditaruh di atas almari.
Kita percaya Yesus Putera Allah.
Yang membawa kita pada hidup abadi.

Cawas, menunggu senja….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 04.06.20 Markus 12:28-34 / Perintah Utama

 

KALAU dasar negara kita adalah Pancasila, orang Yahudi mempunyai Dekalog atau sepuluh Perintah Allah. Perintah Allah itu ditulis di dalam dua loh batu yang diterima Musa di Gunung Sinai.

Berdasarkan Sepuluh Perintah Allah itu kemudian dikembangkan aturan-aturan hidup bersama dalam Hukum Musa. (Keluaran 24:3) Hukum Musa berisi lebih dari 600 perintah.

Salah satu perintah yang terkenal adalah Syema, atau pengakuan iman Yahudi. Salah satu bagian Syema menyatakan, ”Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap tenaga hidupmu.” (Ulangan 6:​4-9) Yesus berkata bahwa itu adalah ”perintah yang terbesar dan yang pertama”

Oleh karena ada begitu banyak perintah dalam Kitab Taurat, masih dikembangkan lagi dalam Misnah dan Talmud, maka seorang ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “perintah manakah yang paling utama?”

Yesus mengutip syema, atau pengakuan iman Yahudi. “Tuhan Allah kita itu Tuhan yang Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu.” Yesus menambahkan, “Dan perintah yang kedua ialah, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.”

Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama itu seperti dua sisi dalam keping mata uang. Tidak bisa dipisahkan, tetapi keduanya menyatu-padu. Kasih kepada Allah terwujud dalam tindakan kasih kepada sesama.

Begitu pula mengasihi sesama menjadi jalan untuk mengasihi Tuhan yang tidak nampak. Kasih itu harus sampai pada tindakan nyata. Maka mengasihi Allah itu bisa diwujudnyatakan dalam tindakan mengasihi sesama yang kelihatan.

Yesus mengatakan kepada ahli Taurat itu, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Ahli Taurat itu dinilai bijaksana karena ia mengamini dan menegaskan kembali apa yang dikatakan Yesus.

Kebijaksanaan seperti itu hanya membuat ia tidak jauh dari Kerajaan Allah. Ia belum masuk ke dalam Kerajaan Allah. Bagaimana supaya bisa masuk atau sampai ke dalam Kerajaan Allah? Mewujudkan dalam tindakan nyata yakni dengan mengasihi sesamanya.

Mengasihi Allah tidak cukup hanya dengan pengakuan di bibir tetapi harus terwujud nyata. Kita bisa sampai ke dalam Kerajaan Allah kalau kita bisa mewujudkan kasih kepada sesama. “Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini.”

Cukur rambut di teras rumah.
Sambil minum wedang tape di sofa.
Mengasihi Tuhan Allah.
Sama dengan mengasihi sesama.

Cawas, tetap bahagia…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 03.06.20 / PW. St. Karolus Lwanga dkk, Martir / Markus 12:18-27 / New Normal Life

DENGAN adanya pandemi covid19 ini, memunculkan istilah baru yakni new normal. Mulai sekarang kita harus berdamai dan mempunyai pola hidup yang baru. Misalnya jaga jarak dengan orang lan, sering cuci tangan, selalu pakai masker, selalu di rumah dan hindari kerumunan.

Kehidupan sosial akan dipengaruhi oleh protokol kesehatan. Kebiasaan hidup yang lama mungkin masih ada, tetapi akan disikapi dengan pola atau gaya baru. Hidup terus berjalan namun dengan cara dan sikap yang serba baru. Kita harus siap diri terhadap perubahan ini.

Orang-orang Saduki tidak percaya kepada kebangkitan. Mereka mengajukan kasus dan bertanya bagaimana solusinya di dalam kehidupan baru nanti. Ada seorang perempuan yang kawin dengan tujuh laki-laki bersaudara. Pada hari kebangkitan, siapakah yang akan menjadi suami dari perempuan itu?

Yesus menjelaskan bahwa pada hari kebangkitan, kita akan hidup seperti para malaikat. Ada kehidupan baru dimana orang tidak lagi terikat pada aturan-aturan duniawi.

Mereka sudah hidup di sorga bersama Allah. Tidak dibutuhkan lagi relasi inderawi seperti kawin dan dikawinkan. Orang yang menyatu dengan Allah tidak lagi memikirkan dan membutuhkan hal-hal duniawi. Mereka hidup tetapi dengan cara baru.

Sebagaimana corona membuat kita hidup secara baru. Demikian juga kematian akan membuat kita bangkit dan hidup secara baru pula. Hidup lama yang terikat pada hal-hal duniawi akan berlalu. Kita hidup di hadapan Allah dengan cara baru. Di hadapan Allah, kita mencapai kebahagiaan sempurna.

Yesus menegaskan hal itu, “Mengenai kebangkitan orang mati, tidakkah kalian baca di dalam Kitab Musa, yaitu dalam ceritera tentang semak berduri, bahwa Allah bersabda kepada Musa: Akulah Allah Abraham, Allah Iskhak dan Allah Yakub? Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.”

Sebagaimana corona adalah gerbang kepada new normal life, maka kematian adalah pintu menuju kehidupan baru bersama Allah. Hidup kekal adalah bersatunya manusia dengan Allah. Hidup seperti malaikat yang mengalami kebahagiaan sempurna bersama Allah.

Dalam melewati pandemi ini kita memakai new normal life. Dalam melewati kematian kita juga akan hidup dengan cara yang baru.

Bintang kejora bersinar di langit.
Menikmati senja penuh pesona.
Ikut Yesus kita akan bangkit.
Bahagia bersama Allah di sorga.

Cawas, berharap dan berdoa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 02.06.20 Markus 12:13-17 / Abu Nawas Gusar

 

ABU NAWAS gusar karena rumahnya digali oleh pegawai istana. Raja menduga ada emas berlian di bawah rumah Abu Nawas. Rumah Abu Nawas hancur berantakan, ia berpikir keras bagaimana membalas perbuatan raja.

Abu Nawas tidak makan berhari-hari sampai makanannya dihinggapi banyak lalat. Lalu muncul ide cemerlang. Ia menutupi makanan yang penuh lalat dan membawanya ke istana. Tak lupa ia membawa tongkat besi.

“Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba.”

“Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?” sergap Baginda kasar.

“Lalat-lalat ini, Tuanku.” kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.

“Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini.”

“Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?”

“Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu.”

Baginda Raja tidak bisa mengelak, ia membuat surat ijin kemudian diberikan kepada Abunawas. Setelah itu Abunawas membuka penutup makanannya.

Lalat-lalat itu terbang kemana saja dan langsung dipukul oleh Abu Nawas. Hinggap di dinding kaca, keramik hias, tempayan mahal, vas bunga, patung emas yang mahal.

Bahkan ada lalat yang hinggap di pipi baginda, Abu Nawas tidak sungkan memukulnya dengan tongkat besi. Raja tidak bisa mengelak dari titahnya sendiri. Ia malu telah melakukan kesalahan terhadap Abu Nawas.

Orang Farisi dan Herodian ingin menjebak Yesus dengan pertanyaan sulit. Kalau Yesus sampai salah menjawab, Ia bisa ditangkap dan diadili.

Kalau Yesus menjawab tidak boleh, Ia akan dituduh melawan Kaisar. Kalau Ia menjawab boleh, Ia tidak berpihak kepada bangsa-Nya dan dianggap anteknya penjajah.

Yesus minta uang pajak itu. Ia bertanya, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Mereka menjawab, “Gambar dan tulisan Kaisar.”

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.” Mereka terdiam.

Negara mempunyai hak untuk mengatur hidup kita demi kebaikan bersama (Bonum Commune). Kita harus mentaatinya. Allah juga punya hukum dan aturan-aturan demi keselamatan kekal kita. kita wajib mentaatinya juga.

Tidak haram bagi kita untuk mentaati aturan demi kebaikan bersama. Justru aneh bagi kita, kalau hidup di Indonesia tetapi tidak mau diatur dan bahkan membenci pemerintah.

Maunya hanya diatur oleh hukum nenek moyangnya sendiri. Apa yang menjadi hak negara, berikan kepada negara. Apa yang menjadi hak Allah berikan kepada Allah.

Tanam rumput liar, tumbuhnya bunga aneka warna.
Disiram air mawar, semerbak wangi harumnya.
Cinta pada Indonesia, taati aturan dan pemimpinnya.
Kalau mau bikin negara, pergi ke Planet Crypton sana.

Cawas, bunga warna-warni….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr