Puncta 17.01.22 – Senin Biasa II/C
Markus 2: 18-22
Beda Zaman, Beda Generasi.
Beda Wadah, Beda Isi.
ALEXIS Abramson, seorang ahli dalam pengelompokan generasi, mengatakan, perbedaan waktu kelahiran menghasilkan karakteristik generasi yang berbeda.
“Kapan Anda lahir memengaruhi sikap Anda, persepsi Anda, nilai-nilai yang Anda yakini, dan perilaku Anda,” kata Abramson.
Generasi manusia modern dibagi menjadi: generasi baby boomer, Gen X, Gen Y atau milenial, Gen Z dan Gen Alpha.
Mereka dikelompokan berdasarkan tahun kelahiran. Generasi Baby Boomer lahir setelah perang dunia II sampai tahun 1964.
Mereka adalah generasi yang mandiri, kompetitif dan komitmen tinggi. Rasa bersaingnya sangat besar agar mendapat tempat di masyarakat.
Generasi X lahir tahun 1965-1980. Mereka tumbuh ketika teknologi berkembang pesat namun belum secanggih sekarang ini.
Mereka hidup diantara teknologi digital dan non digital. Mereka memahami pentingnya dua hal itu.
Generasi Y atau milenial lahir antara tahun 1980-1996. Sering digambarkan sebagai generasi “pemalas” yang lebih suka menghamburkan uang untuk beli es kopi susu daripada ditabung untuk beli rumah.
Setiap generasi punya karakteritik yang berbeda. Tidak mungkin generasi baby boomers dimasukkan ke generasi milenial. Tidak akan cocok dan bisa stress semuanya.
Banyak orang bertanya kepada Yesus, kenapa murid-murid-Mu tidak berpuasa? Sedang murid-murid Yohanes dan para Farisi berpuasa.
Yesus menjawab ada saatnya orang berpuasa yakni ketika pengantin diambil dari mereka. Ketika pengantin ada, mereka bersuka cita, dan tidak berpuasa.
Masing-masing ada waktu dan tempatnya. Tidak bisa dicampur adukkan begitu saja.
Sama seperti menambal baju yang sudah tua dengan kain yang baru. Atau tidak mungkin mengisikan anggur baru ke dalam kantong yang sudah tua. Kantong itu akan koyak dan anggurnya akan terbuang sia-sia.
Yesus datang membawa nilai-nilai baru. Bukan hanya soal-soal lahiriah semata tetapi makna terdalam dari aturan-aturan itu yang perlu dipahami.
Kalau kita melakukan sesuatu hanya asal meniru, namun tidak memahami makna terdalamnya, kita hanya melakukan sesuatu sia-sia saja.
Yesus mengajak kita bersikap kritis terhadap segala aturan, tradisi dan kebiasaan. Jangan hanya asal melakukan tetapi tidak mengerti makna yang paling dalam.
Mari kita melakukan sesuatu dan sadar tentang apa yang kita lakukan itu.
Kita tidak akan latah semaunya memasukkan anggur baru ke kantong yang sudah tua.
Anggur baru ada di kantong baru.
Baju tua mudah sobek kainnya
Yesus membawa hukum yang baru.
Mengasihi sesama manusia.
Cawas, semoga anda bahagia…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr