BUKAN virus korona yang menakutkan, tetapi virus “ignorance” atau kedunguan publik itulah yang lebih menakutkan. Zaman sekarang orang tidak butuh kebenaran.

Kebenaran malah tidak dipercayai. Informasi instan penuh sensasi justru yang diterima, entah itu benar atau salah, hal itu tidak penting.

Contoh paling nyata viralnya pernyataan komisioner KPAI yang mengatakan bahwa perempuan bisa hamil saat berenang di kolam bersama laki-laki.

Pernyataan itu jelas tidak ada dasarnya, tetapi orang percaya. Ada lagi seorang ustad yang mengaku mantan pastor, lulusan S3 Vatikan.

Jelas itu bohong dan ngawur, tetapi orang percaya. Orang masa bodoh bahwa dia sedang dibodohi. Asal informasi itu dilempar ke jagad maya, orang meyakininya.

Dulu ada kasus Ratna Sarumpaet. Dokter Tompi yang ahli di bidangnya menjelaskan bahwa lebam di wajah Ratna itu bukan karena dipukuli orang tetapi bekas operasi plastik.

Orang tidak percaya pada ahli bedah kulit, tetapi lebih percaya pada politikus. Penyakit dungu, masa bodoh terhadap kebenaran itulah yang membahayakan sekarang.

Dalam Injil hari ini Yesus memanggil Lewi Mateus untuk mengikutinya. Lewi bersukacita karena boleh mengikutNya. Ia mengadakan pesta bersama para teman-temannya yakni pemungut cukai.

Tetapi hal itu membikin gusar para ahli Taurat. Yesus dituduh bergaul dengan orang-orang berdosa. Tetapi jawaban Yesus membungkam mulut mereka.

“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat.”

Di zaman informasi digital ini banyak orang sakit masa bodoh atau dungu. Mereka tidak tahu mana yang benar mana yang salah, mana yang bohong mana yang benar, mana yang menipu mana yang tulus.

Penyakit masa bodoh dan dungu seperti ini membutuhkan tabib yang mumpuni. Yesus justru datang kepada orang-orang berdosa, agar mereka bertobat. Orang sakit didatanginya agar mereka bisa disembuhkan.

Yesus mau bergaul dengan para pemungut cukai, orang-orang “berdosa”, kaum tersingkir, supaya mereka bertobat kembali kepada Allah.

Mungkin kita juga sedang sakit dungu atau masa bodoh. Kalau kita asal ngeshare berita tanpa memfilter dulu apakah berita itu benar atau bohong. Kita juga membutuhkan pertobatan pribadi.

Hati-hati dengan investasi bodong
Yang bonusnya tiket wisata ke Oslo
Hati-hati dengan berita bohong
Jangan kita jadi orang bodo

Cawas, Ingat core of the core
Rm. A. Joko Purwanto Pr