PRABU Salya sebenarnya tahu bahwa Nakula dan Sadewa diutus Prabu Kresna untuk minta mati kepada paman mereka. Karena Kresna tahu tidak ada lawan yang bisa menghadapi Salya yang punya aji Candabirawa.
Taktik ini sengaja dibuat oleh Kresna, supaya Salya luluh hatinya kepada ponakan sendiri. Maka Salya sadar bahwa Nakula Sadewa hanya sebagai utusan. Salya menyerahkan nyawa untuk kemenangan Pandawa. Dia tahu bagaimana caranya harus mati di tangan Pandawa.
Setelah Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya,Ia menjelaskan kepada mereka bahwa hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya; atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Ada diantara murid-Nya yang akan mengkhianati-Nya.
Tidak semua murid mampu mengerti maksud gurunya. “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”
Kadang musuh yang berbahaya itu bukan dari orang lain, tetapi justru dari orang yang paling dekat.
Mungkin itu yang disebut musuh dalam selimut. Orang yang tidak kita duga, mereka yang paling dekat dengan kita justru tega menusuk dari belakang. Kita bisa ingat bagaimana Julius Caesar mati di tangan sahabatnya sendiri yakni Brutus.
Yesus dikhianati bukan oleh orang lain, tetapi oleh murid-Nya sendiri. “Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.” Yesus mengingatkan kepada murid-murid-Nya agar supaya jika hal itu terjadi, para murid siap menghadapinya.
Para murid dipanggil untuk diutus. Yesus memberi tanggungjawab kepada mereka. Kita pun juga diutus. Maka seperti Yesus taat kepada Bapa yang mengutus-Nya, kita diajak taat kepada Yesus yang memanggil kita.
Banyak godaan menjadi utusan. Bahkan kadang godaan dan tantangan justru datang dari lingkungan terdekat kita sendiri. Marilah kita meneladan Yesus yang taat kepada Bapa kendati dikhianati oleh murid-Nya.
Virus corona datang tak kelihatan.
Ia menyelinap pelan namun lembut.
Berat memang menjadi utusan.
Kadang ada musuh dalam selimut.
Cawas, bulan di balik awan….
Rm. A. Joko Purwanto Pr