KALIMAT atau kata-kata kiasan adalah ungkapan untuk membandingkan atau mengibaratkan. Kata Kata kiasan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ibarat atau perbandingan.
Sedangkan makna kias artinya sebuah arti atau makna dari ungkapan atau kata yang mengandung pengibaratan atau pengandaian. Contoh kata-kata kiasan misalnya; kecil hati, muka dua, buah bibir, buah tangan, meja hijau, muka masam, empat mata, mata duitan dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan kecil hati bukan hatinya kecil tetapi penakut. Muka masam berarti sedang cemberut atau tidak suka. Empat mata berarti bicara berdua saja.
Yesus sering mengajar dengan perumpamaan atau perbandingan kepada orang banyak. Misalnya, Kerajaan surga itu seumpama pukat, atau ragi. Kerajaan surga digambarkan seperti seorang yang mengadakan pesta perjamuan atau seorang penabur yang keluar menaburkan benih.
Kadang Dia menggambarkan Diri-Nya sebagai Gembala yang baik atau pokok anggur. Allah yang penuh kerahiman digambarkan dalam perumpamaan anak yang hilang. Banyak sekali gambaran perumpamaan, perbandingan atau kiasan yang dipakai oleh Yesus untuk mengajar tentang Allah.
Ketika tiba saatnya Yesus berpisah dengan murid-murid-Nya, Ia tidak lagi berbicara dengan kiasan. Ia berterus terang menyatakan siapa Diri-Nya. Para murid mulai mengenal Dia. Mereka percaya bahwa Yesus berasal dari Allah.
Dia datang diutus oleh Allah untuk mewahyukan siapakah Allah itu. “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.” kata para murid.
Semakin dekat relasi seseorang, komunikasinya makin terbuka dan percaya. Dia akan membuka dirinya dengan terus terang dan percaya bahwa sahabatnya akan menerima apa adanya. Yesus membuka diri-Nya bahwa Mesias harus mati dan ditolak oleh penatua, ahli kitab dan orang Yahudi.
Namun bagi Yesus, itu adalah jalan untuk mengalahkan dunia. Para murid diajak untuk tidak takut mengalami derita dan penganiayaan di dunia. Menjadi murid harus berani meneladan gurunya.
Kita sekarang diajak meneruskan karya Yesus, mewartakan kebenaran dan kasih Allah kepada dunia. Kita akan mengalami kesulitan dan penderitaan. Tetapi Yesus meneguhkan kita, “Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Bersepeda mengejar senja.
Dia tenggelam di balik awan.
Kita diutus menjadi saksi-Nya.
Wartakan kasih dan kebenaran.
Cawas, sendiri ….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr