ADA dua paroki yang cukup lama saya layani. Di Paroki Pugeran (1998-2005) dan di Paroki Nanga Tayap, Ketapang (2009-2017). Banyak peristiwa indah di Tayap. Paroki ini letaknya sangat strategis. Ia ada di tengah-tengah wilayah Ketapang, dilewati jalur trans Kalimantan. Menjadi tempat persinggahan dari arah mana pun.
Waktu mengawali pelayanan, saya dihantar Bapak Uskup Mgr. Blasius dan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girreli. Beliau singgah di Tayap dalam perjalanan dari Ketapang menuju Paroki Tanjung. Baru kali ini seorang pastor diberi tugas di paroki, dihantar langsung oleh uskup dan Duta Besar Vatikan. 21 Juni 2009 adalah hari tak terlupakan.
Banyak romo-romo dari Pangkalan Bun singgah di Tayap, jika mereka pergi ke Pontianak. Romo-romo dari regio utara atau selatan, timur atau barat, sering singgah di Tayap dalam perjalanannya. Umat dari pedalaman juga sering menginap di Tayap jika mereka berurusan ke kota kabupaten.
Kapan saja pintu pastoran selalu terbuka untuk siapa pun yang datang. Bapak Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat pernah bermalam di Tayap. Bahkan gadis kurang waras pun pernah diterima singgah di Tayap.
Tidak hanya individu, tetapi juga rombongan ibu-ibu WK dari Randau, para katekis dari Botong dan Balai Berkuak. Bahkan rombongan mahasiswa-mahasiswi dari Atmajaya dengan naik bus dari Kumai, Kalteng. Mereka datang tengah malam, kami terima dengan sukacita.
Hospitality atau keramahan sebagai saudara adalah bagian dari ibadah. Jika kita menjadi tuan rumah yang baik, maka di mana pun kita berada, juga akan diterima dengan baik pula.
Yesus menggambarkan Allah adalah tuan rumah yang baik. Ia akan menolong siapa pun yang datang walau tengah malam sekalipun. Asalkan kita mau datang mengetuk pintu.
Doa adalah suatu usaha untuk meminta, mencari dan mengetuk. Siapa yang meminta akan diberi. Yang mencari akan mendapat. Yang mengetuk pintu akan dibukakan.
Doa itu terkait dengan peristiwa hidup sehari-hari. Doa harus dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Orang-orang yang datang kepada kita, meminta pertolongan, mencari tumpangan atau mengetuk pintu rumah kita adalah orang-orang yang sedang berdoa. Tuhan menggunakan kita untuk menerima, menolong dan menampung mereka.
Maka Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berani meminta, mencari dan mengetuk pintu. Tuhan punya banyak tangan untuk memberi, menolong dan membukakan pintu. Kitalah tangan dan pintu Tuhan untuk memberi mereka tumpangan. Tidak mungkin seorang bapa akan menelantarkan anaknya.
“Jika kalian yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu yang di surga.” Itulah Allah yang mahamurah. Bapa kita yang di surga. Maka Yesus mengajak kepada murid-murid-Nya untuk tidak sungkan-sungkan meminta, mencari dan mengetuk hati-Nya. Kita harus sering berdoa.
Malam-malam pakai kacamata.
Bukan silau tapi sedikit bergaya.
Betapa sulitnya kita berdoa.
Karena kita tidak mau meminta kepada-Nya.
Cawas. MC berkacamata gaya….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr