ADA kebiasaan atau tata krama di Dayak, kalau kita bertamu, tuan rumah akan manawari kita makan atau minum. Sekali kita menolak, mereka tidak akan menawari lagi. Mereka tidak perlu berbasa-basi. Jika ya maka akan disediakan, jika tidak mau berarti tidak akan ada tawaran kedua atau ketiga.

Adat mereka untuk menolak suatu tawaran makan atau minum adalah dengan “pusak-pusak.” Tindakan ini berarti menolak dengan sopan. Caranya kita menyentuh barang-barang makanan atau minuman yang disediakan dengan tangan, kemudian menempelkannya di mulut lalu kita mengucapkan permintaan maaf tidak bisa menikmati hidangan tersebut.

Percaya atau tidak, kalau kita tidak melakukan “pusak-pusak”, kita akan mengalami “kampunan”, petaka atau sial.

Saya sudah mengalami sendiri. Suatu kali saya singgah di rumah ketua umat. saya ditawari untuk makan. Karena masih kenyang dan terburu hendak pulang, saya tidak melakukan “pusak-pusak”. Di tengah perjalanan, ban motor saya bocor. Saya tidak percaya. Tetapi hal itu bisa terjadi. Tiba-tiba kena hujan, padahal sebelumnya tidak ada mendung. “Pusak-pusak” adalah tindakan menolak dengan hormat dan tidak mengecewakan si tuan rumah.

Dalam Injil Yesus memberi perumpamaan tentang orang-orang yang menolak undangan pesta dengan tidak hormat. Ada sikap dari kaum Farisi bahwa merekalah yang berhak menikmati perjamuan Allah itu. Maka muncul pernyataan dari seorang Farisi, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”

Lalu Yesus memberikan perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih atas undangan Allah itu. Ada yang menolak undangan dengan alasan baru saja membeli ladang. Yang kedua menolak karena baru saja membeli lima pasang lembu, dan akan mencobanya. Yang ketiga menolak dengan alasan baru saja menikah.

Yesus sedang menyindir kaum Farisi. Merekalah sebetulnya yang diundang ke pesta. Mereka adalah bangsa terpilih, terundang masuk ke perjamuan. Tetapi mereka justru menolak dan tidak mau menanggapi undangan itu.

Maka undangan itu dialihkan kepada bangsa-bangsa lain. Siapa pun yang berada di simpang jalan dipanggil masuk ke perjamuan Tuhan. Kita semua, orang berdosa ini diundang masuk ke pesta-Nya. Siapkah kita ikut masuk ke rumah-Nya?

Malam-malam merindukan bulan.
Sayang tertutup oleh kabut dan mega.
Perjamuan Tuhan adalah undangan.
Kita diajak siap untuk menanggapinya.

Cawas, menanti senja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr