MASIH ingat penyanyi Didi Kempot, pelantun lagu-lagu sedih patah hati? Sebagian besar lagunya menggambarkan perasaan orang yang ditinggalkan kekasihnya.
Semisal lagu Cidra, Stasiun Balapan, Sewu Kutha, Tatu, Pantai Klayar dan masih banyak lagi. Hampir semua isi lagunya berkisah tentang kesedihan, patah hati, ditinggal pacar atau kekasih. Hati yang hancur dan pilu karena orang yang dikasihi ternyata ingkar janji.
Tetapi kendati lagunya bernuansa sedih, Didi Kempot mengajak penggemarnya untuk tetap berdendang dan menari. “Tinimbang lara ati luwih becik dijogedi” katanya kepada sobat ambyar penggemarnya. Kalimat itu berarti “daripada sakit hati lebih baik dibuat bisa berjoget menari.”
Ada penonton yang bisa menangis hanyut terbawa syair lagu Didi, tetapi dia masih bisa bergoyang menikmati alunan musiknya. Itulah daya kekuatan Didi Kempot yang disukai banyak orang.
Dari banyak konser dan pentas, tidak pernah terdengar ada tawuran atau perkelahian antar penonton seperti konser-konser musik lainnya.
Didi Kempot menghipnotis penontonnya walaupun hatinya sedih teriris-iris ditinggal kekasih, namun tetap bisa bergoyang menari dan pulang dengan perasaan puas penuh kegembiraan dan sukacita.
Hari ini Yesus menyindir para pendengarnya, orang-orang banyak yang datang mendengar ajaran-Nya. “Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya, ‘Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak berkabung.”
Itulah yang dilakukan Didi Kempot. Lagunya senandung duka, tetapi penggemarnya tidak meratap malah menari bersukacita.
Yesus dan Yohanes Pembaptis datang menjadi utusan Allah. Mereka menuntun bangsa Israel untuk kembali kepada Allah. Yesus mewartakan Kerajaan Allah sudah dekat.
Yohanes Pembaptis demikian juga. Hanya cara pewartaannya yang berbeda. Tetapi orang-orang menolaknya. Yohanes dinilai sebagai orang yang kerasukan setan. Yesus dipandang dekat dengan pemungut cukai, orang berdosa, pemakan dan peminum.
Tidak mungkinlah memuaskan keinginan semua orang. Kita pasti tidak mampu memenuhi kemauan semua orang. Selalu akan ada yang pro dan kontra.
Yang paling penting adalah konsisten. Yesus dan Yohanes Pembaptis konsisten mewartakan Kerajaan Allah. Kendati tidak diterima, bahkan ditolak, namun tetap konsisten. Akhirnya hikmat Allah akan dinyatakan oleh kekonsistenannya.
Beranikah kita berjuang mengikuti Yesus dengan konsisten, kendati tantangan bertubi-tubi silih berganti?
Melihat foto di pantai bergandengan.
Laksana ombak bergulung kejar-kejaran.
Mari konsisten mewartakan kebaikan.
Kendati sering dibenci dan dikucilkan.
Cawas, coblosan sukses…
Rm. Alexandre JokoPurwanto, Pr