“TUHAN itu dimana ya romo.” Kata seorang ibu yang datang konseling di kamar tamu. “Suami saya meninggalkan saya ketika anak masih kecil. Saya harus memeliharanya sendiri. Berat romo menjadi single parent. Tapi saya jalani semampu saya.” Ibu itu berkisah sambil “kembeng-kembeng” berkaca-kaca matanya.
“Anak saya tumbuh kurang kasih sayang romo. Dia kehilangan figure seorang ayah. Di sekolah sering berkelahi dengan teman-temannya. Kumpul-kumpul dengan geng anak nakal. Beberapa kali berurusan dengan polisi. Saya sangat sedih romo.” Ia “sesenggukan” menahan tangis.
Anak saya pernah bilang, “biar saya mati dihajar polisi gak papa, biar nanti jadi terkenal, biar bapak saya tahu, nanti dia akan ambil aku di tahanan. Semua ini gara-gara papa gak pernah pulang.” Saya ikut merasakan betapa berat badai yang dihadapi ibu ini.
Belum selesai gelombang yang satu, datang gelombang berikutnya. Ibunya meninggal karena sakit. Usahanya gulung tikar karena pandemi covid. “Romo, saya tidak punya harapan lagi.” Katanya lirih hampir tak bersuara lagi.
“Sebentar ibu,” saya masuk ke kamar mengambil sesuatu. “Ini bisa menjadi harapan,” saya memberinya sebuah rosario. “Apakah ibu pernah berdoa rosario?”
“Tidak sempat romo, tidak ada waktu untuk berdoa.”
Sekarang saatnya untuk berseru minta pertolongan Tuhan. Saya mengajaknya berdoa.
Para murid dan Yesus pergi ke seberang danau dengan perahu. Di tengah danau, mengamuklah taufan yang sangat dasyat. Yesus sedang tidur di buritan. Para murid ketakutan diterjang badai. “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”
Yesus menghardik angin itu dan danau pun tenanglah. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” kata Yesus.
Kata-kata itu juga tertuju pada kita.
Setiap hari kita ditemani Yesus. Ada salib di rumah kita. Mengapa kita tidak datang kepada-Nya, mengapa kita tidak berseru dan berdoa?
Bahtera itu adalah hidup kita. Yesus ada di dalamnya. Jika badai menerjang bahtera, kita mengandalkan Dia. Yesus berkuasa atas alam semesta. Badai dan taufan tunduk kepada-Nya.
Begitu pun badai kehidupan, Yesus mampu mengatasinya. Jangan pernah lupa, Dia bersama kita.
Bunga wijayakusuma berkembang.
Putih kemilau sangat menakjubkan.
Jika badai kehidupan menerjang.
Pegangi salib, dia sumber kekuatan.
Cawas, sedang galau….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr