– Kosher –
“BOLEH gak Pak Ari, kami bawa sambal terasi ke restoran?” tanya seorang peserta kepada Ariyanto, tour leader, ketika mau sarapan di restoran Grand Park Hotel Ramallah.
“Kalau tidak pakai sambal sendiri rasanya tidak selera” katanya sambil sembunyi-sembunyi bawa sambal terasi dari Indonesia.
Ari kemudian menjelaskan tentang istilah “kosher” dalam aturan Yahudi. Kosher berarti layak. Kosher food artinya makanan yang layak dikonsumsi dalam adat Yahudi. Kosher tidak hanya jenis makanan, tetapi juga cara pengolahannya.
Kosher sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai religius. Orang Yahudi sangat ketat menerapkan aturan keagamaan.
Aturan kosher melarang perpaduan jenis makanan daging dan produk olahan susu. Makanan yang tidak kosher seperti babi, kerang, kepiting dan turunannya tidak boleh dibawa masuk ke restoran. Tidak boleh dikonsumsi. Hal itu akan membuat najis semuanya.
Kepada para murid-Nya, Yesus memberi pemahaman baru. “Segala sesuatu yang dari luar masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia. Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
Yesus menambahkan, “sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat itu timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Bukan apa yang masuk, tetapi yang keluar dari hati yang jahat dan kotor itulah yang akan menajiskan orang.
Merawat hati supaya tetap bersih, suci, murni itulah yang perlu dijaga. Hati yang bersih akan menghasilkan pikiran yang jernih. Pikiran yang jernih akan berdampak pada tutur kata dan tindakan yang baik.
Mari kita selalu menjaga hati.
Menikmati durian harum rasanya.
Ingat yang jual celananya biru muda.
Lebih baik jaga tindakan dan tutur kata,
Agar tidak menyakiti hati sesama.
Cawas, durian montong….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr