SESANTI atau motto yang dicanangkan oleh St. Ignatius Loyola berbunyi “Ad Maiorem Dei Gloriam.” Ini adalah Bahasa Latin. Istilah Jawanya berbunyi “Amrih Mulya Dalem Gusti.”
Di situ ada kata “maiorem.” Ini berasal dari kata magnus-maior-maximus. Magis artinya besar. Komparatifnya menjadi lebih besar. Namun yang tepat sebetulnya “semakin besar.”
Kemuliaan Tuhan menjadi semakin besar. Kata “semakin” menggambarkan proses, dinamika yang terus menerus.
Semangat magis menunjukkan tindakan atau usaha yang lebih. Bukan soal kuantitas (banyaknya) tetapi menunjuk pada kualitas (mutunya).
Magis adalah sebuah sikap. Sebuah tindakan untuk melakukan yang lebih baik. Kalau sudah baik akan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Lagi, lagi dan lebih lagi.
Contoh keliru yang sering terjadi dan ini adalah kelemahan kita. Misalnya kita punya produk yang sudah terkenal, laris, menjadi viral, kita bukannya meningkatkan kualitas produk, tetapi justru mencampur dengan bahan lain demi mengejar keuntungan banyak.
Kualitas diturunkan demi mengejar kuantitas. Mutu produk dikurbankan. Akibatnya pelanggan lari karena kualitas rasa berkurang. Seharusnya mutu semakin ditingkatkan lagi.
Hari ini Yesus mengajak para murid-Nya untuk bersikap magis. Memiliki semangat lebih dalam bertindak. “Jika hidup keagamaanmu tidak LEBIH benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat itu sudah merasa ahli. Mereka sudah puas dan bangga disebut ahli-ahli kitab. Mereka tidak punya semangat magis. Kualitas hidup mereka mandeg. Hanya mengikuti standar yang ditentukan.
Yesus mengajak para murid untuk mengejar yang LEBIH, punya sikap magis. Kalau tidak, “kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Apakah kita mau dituntut LEBIH oleh Yesus? atau kita sudah merasa puas dengan hasil yang sekarang ini?
Pergi ke pasar membeli manggis.
Buahnya segar hasil dipetik.
Mari kita punya semangat magis.
Agar hidup menjadi lebih baik.
Cawas, bahagia itu sederhana saja…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr