Ragi Kebencian dan Adu Domba.

MENJELANG pemilu, konstelasi politik di negeri ini biasanya meningkat. Tidak sadar kita digiring dalam bingkai pilihan kubu agama dan nasionalis. Seagama saja bisa beda kubu. Masyarakat jadi terpecah belah.

Pengalaman di DKI jadi trauma politik yang menghancurkan. Agama dijadikan alat politik. Agama yang seharusnya mencerahkan kehidupan, tetapi dipakai segelintir orang untuk kepentingan politiknya.

Inilah ragi yang terus ditaburkan di masyarakat sampai sekarang. Ragi yang membuat sistem politik menjadi busuk, merusak dan memecah belah.

Jangan terlena dan waspadalah tahun 2024 pasti akan terjadi lagi.

Yesus memperingatkan para murid-Nya tentang ragi kaum Farisi dan Herodes.

Kaum Farisi adalah kelompok agama dalam Yudaisme. Mereka lebih kaku dalam aturan-aturan lahiriah; hukum Sabat, pakaian jubah-jubah, cuci tangan, cawan, perkakas ibadat. Ragi kaum Farisi adalah munafik dan legalistik.

Kaum Farisi merasa diri paling benar dalam beragama karena mereka merasa telah menjalankan aturan daripada orang lain. Mudah menghakimi dan menyalahkan orang lain.

Orang dibuat takut dengan aturan agama yang selalu menghukum. Mereka suka memberi beban kepada orang lain, namun mereka sendiri tidak mau menyentuh beban itu.

Ragi kelompok Herodes adalah rasa nyaman oleh kebijakan politik Herodes. Kelompok Herodian adalah kaum politikus yang mendukung Herodes. Bagi mereka Herodes adalah mesias.

Mereka merasa nyaman diberi kedudukan politis, ekonomi dan fasilitas negara. Mereka bisa korupsi dengan aman dan lancar.

Yesus menjuluki Herodes sebagai serigala karena kejam dan menghalalkan segala cara. Contohnya pembunuhan Yohanes Pembaptis dan nantinya juga menyalibkan Dia.

Yesus dipandang oleh kelompok Herodian sebagai ancaman kemapanan.

Yesus mengingatkan para murid agar tidak tercemar ragi Herodes. Ambisi dan nafsu politik yang merusak tidak boleh ditiru.

Nilai-nilai Injil harus bisa menggarami politik, bukan praktek politik kotor yang menggarami hidup kita. Politik diarahkan untuk kebaikan bersama, demi keadilan, kebenaran dan cinta kasih. Bukan demi ambisi pribadi dan kelompok tertentu.

Yesus mengajarkan kekuasaan itu untuk melayani, bukan untuk menindas demi keuntungan pribadi.

Mari kita mulai cerdas berpikir. Coba kita perhatikan, lebih-lebih di tahun depan, agama dan politik akan dimainkan demi ambisi kekuasaan.

Kaum Farisi dan Herodian akan bergabung untuk membungkam kebenaran dengan segala cara, demi kepentingan mereka, bukan demi keselamatan bangsa.

Marilah kita menjadi warga negara yang cerdas berpolitik. Jangan mudah dibodohi dengan janji-janji surga demi elite tertentu. Sesudah mereka berkuasa lalu lupa pada rakyat yang tetap menderita.

Mari kita teliti ragi apa yang sekarang sedang disebar di masyarakat kita.

Gajah berkelahi melawan gajah,
Pelanduk mati di tengah-tengah.
Jangan mudah kita dipecah belah,
Yang untung hanya negeri sebelah.

Cawas, tebarkan kebaikan…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr