Sungguh Kenalkah Kita?
Pembicaraan di meja makan itu topiknya tentang perkawinan. Awalnya mereka hanya mengeluhkan anak laki-laki yang belum juga mau menikah. Padahal banyak cewek-cewek yang mengejarnya.
Ada yang sudah punya rumah, mobil bahkan perusahaan. Tapi pemuda ini belum juga tertarik menentukan pilihan.
“Kan harus mengenal karakter pribadinya ya Romo, tidak asal seneng dari sisi lahiriahnya saja.” kata cowok itu memberi alasan.
“Om dulu kenal tante hanya tiga bulan lho. Kenalan pun melalui teman. Tapi kami sama-sama berkomitmen untuk setia seumur hidup. Puji Tuhan sudah berjalan puluhan tahun gak ada masalah. Anak muda sekarang mah beda, banyak yang dipikirkan.” Kata pamannya.
“Kami ini lho Romo,” kata mamanya menimpali. “Tiada hari tanpa beda pendapat dengan suami. Semakin dekat, makin mengenal, semakin banyak misterinya juga. Kami sudah lama menikah, tetapi selalu ada hal-hal baru yang kadang tidak bisa kami pahami.”
Itulah misteri relasi suami istri yang tak mungkin tersingkap secara sempurna.
Relasi Yesus dengan para murid juga ada romantikanya sendiri.
Dalam perjalanan, Yesus ingin menguji sejauh mana pengenalan para murid tentang Diri-Nya.
Maka Dia bertanya; “Kata orang siapakah Aku ini?”
“Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, ada pula yang mengatakan; seorang dari para nabi,” jawab mereka.
Yesus bertanya lebih pribadi. “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Petrus langsung menjawab, “Engkaulah Mesias.”
Apa yang disampaikan Petrus benar. Namun masih perlu dipastikan lagi isi rumusan itu.
Makanya Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang hal itu.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa Anak Manusia harus menderita, ditolak para tua-tua, lalu dibunuh dan bangkit, Petrus menarik Yesus dan menegur-Nya.
Petrus tidak mau Yesus mengajarkan begitu.
Dari sini jelas bahwa Petrus tidak mengenal sungguh apa arti Mesias yang dimaksudkannya. Ada beda pendapat Mesias menurut Yesus dan Mesias menurut Petrus. Ada yang tidak nyambung.
Disinilah dinamika relasi yang terus menerus dimurnikan. Begitu pun dalam romantika suami istri di keluarga.
Semakin lama semakin dekat semakin mengenal, tetapi juga ada hal-hal baru yang belum diketahui juga. Kadang ada beda pendapat yang menimbulkan kemarahan.
Yesus marah kepada Petrus karena beda pemahaman.
“Enyahlah Iblis. Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Beda pendapat yang sangat mendasar tentang perutusan Yesus. Maka Yesus memarahi Petrus yang barusan menyebut Yesus adalah Mesias.
“Kalau istri sudah tertidur di samping saya, saya sering memandangi wajahnya. Saya selalu bersyukur diberi wanita hebat nan luar biasa, yang mengenal dan mau hidup dengan saya, walau sering saya membuatnya marah dan menjengkelkan. Untung selama ini saya tidak pernah membentaknya dengan kata kasar, apalagi memukulnya. Maturnuwun Gusti, Engkau memberi istri yang baik hati.” Kata suami dalam hati seraya mencium kening istrinya.
Kita harus lebih memikirkan kehendak Allah daripada kehendak sendiri.
Pergi ke Jogja harus melewati Mlati,
Dari jalan Kaliurang naik ke Merapi.
Cinta kadangkala susah dipahami,
Katanya mengenal namun tidak mengerti.
Cawas, berusaha lebih memahami,,,
Rm. A. Joko Purwanto, Pr