Yaqowiyu; Semangat Berbagi.
SETIAP Bulan Sapar tahun Hijjriyah di Desa Jatinom Klaten diadakan tradisi sebar apem kepada masyarakat.
Ribuan orang datang untuk mendapatkan berkah dari apem ini.
Tradisi yang disebut dengan Yaqowiyu ini sudah dilakukan turun temurun sampai sekarang.
Sejarah tradisi ini berawal dari kisah Ki Ageng Gribig. Setelah pulang dari Mekkah, beliau membagikan oleh-oleh berupa makanan semacam kue.
Namun karena tidak mencukupi untuk warga, beliau minta sang istri untuk membuat kue apem dan kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat.
Kebiasaan berbagi apem itu dilanjutkan turun temurun di Jatinom setiap Bulan Sapar. Banyak orang datang dari berbagai daerah untuk “ngalap berkah.” (memohon berkah).
Banyak orang percaya jika berhasil mendapatkan apem itu hidupnya akan tentram, usahanya berhasil dan apa yang dimohon akan terkabul.
Istilah Yaqowiyu sendiri berasal dari doa Ki Ageng Gribig setiap membagikan apem, beliau berdoa, “Ya qowiyu” yang artinya “Ya Tuhan berilah kekuatan.”
Orang-orang yang datang dan mendapatkan makanan itu akan memperoleh kekuatan untuk hidup.
Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah roti hidup, siapa saja datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan siapa saja percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Yesus membagikan hidup-Nya menjadi makanan dan darah-Nya menjadi minuman yang memberi hidup kekal kepada semua orang.
Dalam perjamuan Ekaristi, kita benar-benar menerima Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan rohani bagi kita.
Dengan berbagi kehidupan, kita juga memberikan daya hidup kepada orang lain. Itulah makna Ekaristi yang setiap kali kita terima.
Sebagaimana Yesus yang memberikan Diri-Nya sebagai Roti Hidup, kita pun diajak berbagi kehidupan kepada orang lain.
Tindakan itu tidak hanya simbolis, tetapi sungguh-sungguh nyata. Yesus memberikan hidup-Nya melalui penderitaan-Nya di salib. Ia mati supaya kita hidup.
Dengan penderitaan-Nya kita ditebus. Dengan Darah-Nya kita memperoleh hidup. Seperti pendonor yang menyumbangkan darahnya agar orang lain hidup, demikian pun Yesus menumpahkan Darah-Nya supaya kita hidup dari-Nya.
Yesus berkata, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Jika kita percaya dan menerima bahwa Yesus adalah Roti Hidup yang memberikan nyawa-Nya untuk kita, maka kita akan beroleh hidup dalam Nama-Nya.
Pertanyaan reflektif: Apakah anda yakin bahwa setiap Ekaristi anda menerima Roti Hidup yakni Tuhan Yesus sendiri?
Lalu bagaimana anda berbagi hidup sebagaimana Dia mengutus kita, “Pergilah, kalian semua diutus?”
Semua bergembira di hari Idul Fitri,
Saling memafkan di antara sesama warga.
Yesus memberikan diri dalam Ekaristi,
Hidup kita pun harus dibagi untuk sesama.
Cawas, selamat Idul Fitri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr