Perintah Baru
SEORANG ayah yang sudah tua dan sakit-sakitan, mengumpulkan semua anaknya. Ia tahu bahwa ajalnya sudah mendekat.
Maka dia ingin meninggalkan warisan yang berharga untuk hidup anak-anaknya ke depan.
Setelah semua anaknya ada di sekitarnya, ayah itu berkata; “Anak-anakku, apa yang ayah pegang ini?”
Ia menunjukkan beberapa tangkai lidi. “Coba, kalian pegang satu per satu. Sekarang patahkan!!
Anak-anaknya mematahkan lidi-lidi itu dengan mudah.
Lalu sang ayah memberikan sebuah sapu lidi.
“Coba sapu ini kalian patahkan.” Perintahnya kepada semua anak-anaknya. Masing-masing mencoba, namun tidak ada yang berhasil.
“Demikianlah jika kalian bersatu, maka kalian seperti sapu lidi, tidak bisa dipatahkan dan dihancurkan.
Inilah pesan ayah yang terakhir bagi kalian. Sepeninggal ayah, hendaklah kalian rukun bersatu. Jangan ada yang memisahkan diri, niscaya kalian akan kuat dan berhasil.”
Begitulah pada akhir hidup-Nya, Yesus memberi warisan nasehat kepada para murid-Nya dengan perintah baru.
“Demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Sekarang kita punya pola mengasihi, yakni dengan pola Yesus. Jadi mengasihi bukan semau kita, tetapi mengasihi dengan cara Yesus mengasihi.
Kita sering mengasihi hanya kepada orang yang mengasihi dan yang berbuat baik kepada kita.
Kadang malah kita suka membenci dan membalas dendam bagi mereka yang telah menyakiti, melukai, atau membuat kita menderita.
Hukum balas dendam; mata ganti mata, gigi ganti gigi masih sering melekat di dalam hati dan pikiran kita. Ini adalah hukum lama yang sudah usang dan jadi fosil.
Yesus membawa hukum baru, perintah baru yakni hukum kasih. Kasih itu hukum ilahi. Kasih itu nilainya paling tinggi. Hukum kasih mengatasi segalanya.
Yesus telah memberi teladan yakni mengasihi di kayu salib. Kepada orang-orang yang menyalibkan-Nya, ia berkata; “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan.”
Kasih menjadi nyata dalam pengampunan, bukan balas dendam.
Mengasihi memang tidak mudah. Kita sering jatuh, lebih mengikuti nafsu dan kemauan kita sendiri.
“Ngapain harus mengampuni, enak saja orang seperti itu diampuni, dia harus diberi hukuman setimpal,” demikian kata hati kita.
Maka marilah kita mohon Roh Yesus Kristus agar kita dapat meniru kasih-Nya yang tak pandang bulu dan tanpa pamrih.
Hanya karena Roh Kudus-Nya, kita mampu mengasihi seperti pesan wasiat Yesus itu.
Hari-hari panas terik sengatan mentari,
Rasanya seperti sedang ada di atas wajan.
Kasih itu happy dan tidak membenci,
Ajarilah kami kasih-Mu selalu ya Tuhan.
Cawas, perintah baru…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr