Pengorbanan Burung Pelikan
SEEKOR induk burung pelikan memiliki dua anak. Mereka masih kecil-kecil belum bisa mencari makan sendiri.
Musim kemarau datang sangat panjang, anak-anak burung itu terancam mati kehausan. Kekeringan ada dimana-mana. Air yang ada sangat sedikit.
Kalau tidak diberi minum, anak-anak burung pelikan itu pasti mati.
Mengetahui bahaya yang mengancam anak-anaknya, induk pelikan itu mencucuk temboloknya sendiri dan keluarlah darah yang segar.
Anak-anak pelikan itu minum darah induknya sendiri, sehingga mereka lolos dari bahaya maut.
Namun karena banyak darah keluar, si induk akhirnya mati kehabisan darah. Ia rela mengorbankan diri agar anak-anaknya bisa hidup dan selamat.
Itulah kisah burung pelikan yang terpatri dalam ukiran tongkat gembala Bapak Uskup.
Burung pelikan itu menggambarkan kasih Yesus yang mengorbankan Diri-Nya dengan menumpahkan darah-Nya bagi keselamatan kita.
Yesus memberikan darah-Nya karena mengasihi kita. Yesus rela mati di kayu salib karena taat pada kehendak Bapa yang mengasihi-Nya.
Pengalaman kasih itu diwariskan kepada kita semua.
Maka Yesus berkata, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasih-Ku itu.”
Pasti kita semua pernah mengalami dikasihi, entah oleh orangtua, suami atau istri, pacar atau kekasih hati, teman atau tetangga sebelah rumah.
Bahkan ada juga dikasihi atau ditolong oleh orang-orang yang tidak kita kenal. Mereka itu adalah malaikat-malaikat penolong utusan Tuhan. Mereka adalah bukti kasih Allah yang nyata.
Saya sering mengalami kasih Allah yang tak terduga.
Suatu hari saya mengantar suster dari Kaliori ke Cirebon. Di daerah Prupuk Brebes, ban mobil terkena paku, dan gembos.
Di daerah asing dan tidak kenal siapa-siapa rasanya bingung. Tiba-tiba ada mobil berhenti. Sopir dan penumpangnya turun.
Eh.. ternyata Rm. Hadiwijaya bersama Bambang Wahyudi dan Adi Satriya (alm).
Apakah ini kebetulan? Tapi saya merasa beginilah cara Tuhan mengasihi dan menolong saya.
Begitulah Allah mengasihi kita dengan cara-cara yang tak terduga. Kalau kita sudah dikasihi, kita juga diajak untuk mengasihi.
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu,” begitulah ajakan Yesus.
Kalau kita tinggal di dalam kasih Allah, maka Allah akan selalu menjaga dan memelihara kita.
Kebaikan yang kita berikan, suatu saat nanti juga akan dibalas dengan kebaikan, entah dari mana datangnya, Allah sendiri yang mengaturnya.
Pertanyaan reflektif; apakah anda merasa dikasihi oleh Allah dan tinggal di dalam kasih-Nya?
Jika tinggal di dalam kasih-Nya, berarti anda diajak siap berbagi kasih kepada sesama. Siapkah anda?
Banyak makan jeroan dan usus,
Yang bikin kolesterol jadi tinggi.
Siapa yang tinggal dalam Kristus,
Harus berbuah dengan mau berbagi.
Pantai Pink, tinggal padaku…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr