Induk Ayam
TERJADILAH kebakaran di sebuah rumah. Api tidak hanya membakar rumah tetapi juga melalap garasi, dapur dan kandang ayam.
Semua orang sibuk menyelamatkan barang-barang yang bisa diungsikan.
Ketika api menjalar ke kandang ayam, si induk ayam berkotek-kotek memanggil anak-anaknya.
Ia melebarkan sayap-sayapnya dan anak-anak ayam yang dalam kebingungan berlari mendekati induknya.
Semua anak ayam itu berada di bawah kepak sayapnya.
Api dengan ganas meletup ke sana kemari. Induk ayam itu kendati terkena panas tidak mengubah posisinya.
Api makin menggila menghanguskan semua barang yang ada. Kandang ayam pun roboh tinggal puing-puingnya.
Ketika orang datang di antara reruntuhan, mereka mengais-ngais barang-barang yang tersisa. Ada orang yang menemukan induk ayam itu sudah hitam mati terbakar.
Ketika ia membongkar tubuh yang kaku, keluarlah anak-anak ayam berlari ke sana kemari. Induk ayam itu mati demi melindungi anak-anaknya. Ia rela mati agar semua anaknya hidup.
Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Yesus mengajarkan tentang kasih. “Inilah perintah-Ku yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”
Kasih Yesus diberikan kepada kita sampai sehabis-habisnya. Ia mengasihi sampai mati di kayu salib.
Ia yang tidak berdosa ditempatkan pada bilangan orang-orang berdosa, agar kita yang berdosa ini ditebus oleh kematian-Nya.
Kita yang mestinya dihukum oleh karena kedurhakaan kita, namun berkat kematian-Nya kita menerima pengampunan dosa oleh Allah.
Demikian besarnya kasih Allah sehingga mengorbankan Putera-Nya. Kita yang menjadi budak dosa, tetapi dimerdekakan oleh darah Kristus.
Kita yang adalah hamba tetapi oleh penebusan-Nya diangkat menjadi sahabat-sahabat-Nya.
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, tetapi Aku menyebut kamu sahabat.”
Demikianlah Yesus mengangkat martabat kita di hadapan Allah.
“Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan.” (Bukan sanak, bukan saudara, kalau mati ikut merasa kehilangan)
Demikianlah yang dilakukan Yesus bagi kita.
Maka Yesus meminta kepada kita semua untuk saling mengasihi.
”Inilah perintah-Ku kepadamu, Kasihilah seorang akan yang lain.”
Tanda yang paling jelas jika kita mengaku sahabat-sahabat Yesus adalah saling mengasihi.
“Kamu adalah sahabat-Ku jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Pertanyaan reflektif: Sudahkah kita menjadi sahabat Yesus dengan mengasihi dan berani mengampuni sesama kita?
Adakah tanda kasih itu nampak dalam tutur kata dan perbuatan kita?
Jalan macet sehabis balik lebaran,
Kendaraan pemudik sangat padat.
Syukur atas kasih-Mu ya Tuhan,
Aku Kauangkat menjadi sahabat.
Debur Ombak Senggigi, kasih yang luar biasa…
Rm. A.Joko Purwanto, Pr