DALAM tradisi pemberangkatan jenasah ada upacara yang disebut “susupan”. Peti jenasah dipanggul beberapa orang, lalu semua anggota keluarga menyusup di bawah peti jenasah.
Mereka berjalan berkeliling selama tiga kali. Maksud dari upacara itu adalah menghormati yang telah meninggal, meneladan hidupnya, meneruskan cita-citanya.
Ada pepatah bijak yang digemakan demi bakti kepada orangtua yakni “Mikul dhuwur mendhem jero” artinya memikul setinggi mungkin dan mengubur sedalam-dalamnya.
Seorang anak harus bisa menjaga nama baik keluarga. Ia harus menjunjung tinggi martabat keluarganya dan menyimpan sedalam-dalamnya kekurangan yang ada.
Menjaga nama baik dan martabat keluarga itulah yang sering dinasehatkan orangtua kepada anak-anaknya. Jika anak hidup dengan baik, maka ia menjaga martabat keluarga.
Sebaliknya jika hidup moralnya tercela, ia mencoreng nama baik keluarganya.
Yesus berkata kepada Bapanya, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk Kulakukan. Segala firman yang Engkau sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka, dan mereka telah menerimanya”.
Kematian Yesus adalah wujud dari kesetiaanNya melaksanakan kehendak Bapa. Ia telah menjunjung martabat Bapa dengan sabda dan karyaNya di dunia.
SabdaNya sungguh berasal dari Bapa. KaryaNya sungguh adalah kehendak BapaNya. Seluruh tindakan Yesus itu adalah wujud dari “Mikul dhuwur mendhem jero”.
Yesus juga berdoa bagi orang-orang yang percaya kepadaNya. “Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu, dan segala milikMu adalah milikKu, dan milikKu adalah milikMu, dan Aku telah dipermuliakan dalam mereka”.
Kita juga diajak mempermuliakan Allah dalam hidup kita. Apa yang kita lakukan adalah wujud dari melaksanakan kehendakNya.
Tingkah laku, tutur kata, pilihan hidup, pekerjaan dan cara kita memperlakukan orang, semoga menggambarkan iman kita akan kasih Yesus.
Demikianlah orang lain akan melihat Yesus yang hidup dalam diri kita. Dengan begitu kita mewujudkan semangat “mikul dhuwur mendhem jero”.
Mata melirik melihat gadis cantik
Kalau tertawa giginya tinggal tiga
Teruslah selalu menjaga nama baik
Martabat keluarga ada di tangan kita
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr