Kresna dikenal sebagai perancang strategi yang cerdik ketika mengatur para Pandawa maju dalam peperangan melawan Kurawa.
Semua langkah dipikir secara masak-masak. Ketika Bisma maju berperang di pihak Kurawa, Kresna justru menyuruh Srikandi, senopati perempuan untuk menandinginya.
Ketika Pandita Durna jadi senopati, Kresna menyebarkan berita bohong bahwa anaknya, Aswatama mati, untuk melumpuhkan semangatnya.
Sun Tzu adalah ahli strategi perang. Ada banyak strategi yang cerdik yang dia buat. Perdaya langit untuk melewati samudera. Serang Wei untuk menyelamatkan Zhao.
“nabok nyilih tangan” artinya memukul lawan dengan pinjam kekuatan lain. “Hit and Run” buat musuh terlena hingga bisa pukul kelemahannya.
Buatlah kebakaran untuk merampok harta bendanya. Kagetkan ular dengan memukul rumput sekitarnya. Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan jiwanya.
Giring macan untuk meninggalkan sarangnya. Pada saat menangkap, lepaskan satu orang. Lemparkan batu bata untuk mendapatkan giok. Kalahkan musuh dengan tangkap pimpinannya.
Memancing di air keruh. Buatlah keonaran dan padamkan seolah anda pahlawannya. Dan masih banyak lagi.
Yesus hari ini memaparkan perumpamaan agar kita “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”
Mengapa ular dipandang sebagai binatang yang cerdik? Bisa jadi karena badannya yang lentur merayap kemana saja sehingga bisa menjelajah segala medan.
Ular juga bisa “nglungsungi” atau berganti kulit untuk meremajakan dirinya. Dalam menangkap mangsa, ia sabar menanti lawannya terlena.
Tulus seperti merpati. Ada ungkpan mengatakan merpati tak pernah ingkar janji. Merpati adalah binatang yang setia. Mereka berpasangan secara monogam.
Sekali memilih jodoh, mereka setia selamanya. Mereka tidak seperti ayam atau bebek. Satu jantan untuk sekian banyak betina.
Ketika mengerami telurnya, merpati saling bergantian menolong satu sama lain.
Mereka mampu bekerjasama dengan pasangannya. Ketulusan cinta yang mau memberi diri itulah yang patut diteladani.
Yesus meminta murid-muridNya mencontoh karakter kedua binatang itu. Dalam menghadapi serigala yang buas, mereka harus cerdik dan tulus.
Cerdik berarti “menang tanpa ngasorake” atau menang tanpa merendahkan. Tulus berarti berani tetap mencintai dan menghormati kendati dibenci dan disakiti.
Tulus berarti juga mau berkorban dan siap mengampuni kendati ditentang, dilawan, dicaci dan dicurigai.
Menjadi pewarta kebaikan di jaman sekarang tidak mudah. Maka kita mesti memakai strategi yang dibuat Yesus.
Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tuhan yang mengutus. Tuhan pula yang akan mengurus. Marilah kita tetap fokus.
Ke Parangtritis pergi piknik
Pengin nonton parade layang-layang
Kita mesti tulus dan cerdik
Menghadapi badai dan gelombang
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr