Bulan Mei ditetapkan Gereja Katolik sebagai bulan Maria. Doa-Doa devosi seperti dalam bentuk Rosario dan Novena, dipanjatkan oleh umat beriman terutama dalam bulan ini. Namun terkadang kita bertanya siapakah Maria ? Mengapa Maria begitu dikhususkan dan diistimewakan daripada Santo-Santa lain dalam Gereja Katolik ? Bukankah Maria hanyalah manusia biasa sama seperti kita ? Mengapa kita melakukan devosi dan meminta kepada Maria ? Bukankah hanya kepada Allah saja kita memanjatkan doa-doa kita ?
Maria adalah sama seperti kita manusia biasa, namun Maria dipilih Allah dan Maria memilih mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah dengan menjadi bunda sang Putera Allah. Inilah yang membedakan kita dengan Maria. Maria ikut ambil bagian dalam peristiwa inkarnasi Allah, sedangkan kita tidak. Tetapi keteladanannya dan ketabahannya sebagai hamba patut kita contohkan. Jawaban iman Maria (Fiat Maria) terhadap panggilan Allah (Luk 1:38), bagaimana Maria mengasuh Yesus (Luk 2:51) dan bagaimana Maria tetap setia sampai wafat Yesus di kayu salib (Yoh 19:25-27) menunjukan Maria sebagai model bagi umat beriman dalam hal mendengarkan, merenungkan dan menjawab rencana Allah.
Lalu bagaimana dengan gelar-gelar yang disematkan kepada Maria oleh Gereja Katolik ? Bukankah gelar-gelar seperti Maria yang tetap Perawan, Dikandung tanpa noda dosa, Maria diangkat ke surga dan bahkan Maria Bunda Allah, melambangkan bahwa Maria itu lebih dari manusia biasa dan bahkan dapat disandingkan dengan Allah itu sendiri ?
Ini tidaklah benar, gelar-gelar tersebut disematkan oleh Gereja Katolik, itu semua karena karya Allah terhadap diri Maria. Gelar Maria Bunda Allah disematkan kepada Maria dikarenakan Gereja Katolik melihat siapa yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria, yaitu Yesus yang adalah Firman Allah dan Firman Allah itu adalah Allah (Yoh 1:1-14) dan dikatakan juga bahwa yang dikandung oleh Maria adalah berasal dari Roh Kudus (Mat 1:20, Luk 1:35) hal ini membuktikan bahwa Yesus memang berasal dari Allah dan Yesus itulah Allah. Maka jika Maria diberi gelar Bunda Allah, mau menunjukan keikutsertaan Maria yang mengambil bagian dalam inkarnasi Allah dan sebagai tanggapan Maria atas seruan Allah.
Berkaitan dengan gelar Maria Bunda Allah, Maria yang tetap perawan dapat kita lihat kembali bahwa Maria mengandung dikarenakan kuasa Roh Kudus (Mat 1:20, Luk 1:35) dan bukan karena campur tangan hubungan biologis manusia. Dari ayat inilah Gereja Katolik memahami bahwa Maria tetap perawan sepanjang hidupnya. Gelar Maria Dikandung Tanpa Noda, merumuskan bahwa Maria dibebaskan dari segala dosa. Ini menunjukan bahwa Allah yang berkarya dalam membebaskan Maria dari segala dosa. Dalam rumusan doa salam Maria disebutkan “Salam, Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu”. Kemudian, Rumusan ini berasal dari Injil Lukas : “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” (Luk 1:28).
Hal ini menunjukan bahwa Maria dikaruniai oleh Allah. Ia dibebaskan Allah oleh segala dosa dikarenakan demi kesiapan inkarnasi Allah. Karya penebusan Maria tidak lepas dari penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, Maria ditebus pertama kalinya. Ajaran Maria yang diangkat kesurga, mau menunjukan bahwa Maria sudah sampai pada kepenuhan keselamatan yang diterimanya oleh karena Allah yang berkarya dengan memahkotai seluruh perjalanan hidupnya dengan kepenuhan keselamatan. Setelah Maria menyelesaikan karya kehidupannya di dunia, Maria diangkat dalam kemuliaan surgawi dengan jiwa dan raganya. Kepenuhan keselamatan ini juga menunjukan harapan umat beriman akan kebangkitan bagi semua orang dan harapan bagi kehidupan kekal surgawi.
Baiklah, bahwa semua gelar itu disematkan kepada Maria adalah oleh karena kuasa Allah yang menyiapkan Maria dan tanggapan iman Maria yang adalah sebagai hamba Allah. Namun bagaimana dengan devosi-devosi dan doa-doa yang disampaikan kepada Maria ? Bukankah kita seharusnya berdoa dan meminta kepada Allah saja ?
Kita perlu menyadari bahwa, Gereja Katolik sangat serius dengan “Persekutuan dengan Para Kudus”, hal ini juga tercantum dalam Syahadat Iman Katolik (Syahadat Para Rasul maupun Syahadat Panjang). Persekutuan Para Kudus ini menjadi para pendoa kita kepada Allah oleh karena kesatuannya dengan Kristus dan oleh karena Kristus, mereka menjadi pengantara kita kepada hadirat Bapa (bdk. KGK 956). Dalam kasus Maria, Maria ditunjuk Yesus sebagai ibu para murid (Yoh 19:26-27). Maria tinggal bersama dengan para murid Yesus bahkan Maria juga bertekun dalam doa menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:12-14) dan para murid-Nya itulah yang saat ini kita kenal sebagai Gereja dan sampai saat ini dikenal bahwa Maria adalah Bunda Gereja. Dikatakan pula bahwa Maria pun terbukti sudah mencapai kepenuhan keselamatan dan mencapai kemuliaan surgawi bersama para kudus lainnya. Penghormatan kepada para kudus pun tidak menggantikan penghormatan kita kepada Allah dan hanya Allah lah yang boleh disembah, sedangkan para kudus dihormati dikarenakan mereka sudah mulia dihadapan Allah. Dilihat dari pemaparan Katekismus Gereja Katolik yang menyatakan bahwa para kudus adalah pendoa kita dan rumusan doa “Salam Maria” pada bagian akhir disebutkan “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini”.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Maria adalah pendoa kita kepada Allah. Jika kita umat Katolik berdoa dan berdevosi, maka sebenarnya kita berdoa bersama Maria, mohon kepada Allah, karya keselamatan Maria sebagai hamba Allah terus-menerus taat kepada Allah, mempertanggungjawabkan hidupnya kepada Allah, hingga akhirnya dipermuliakan oleh Allah. Oleh sebab itu Gereja terus-menerus menghormati Maria, karena Allah sendiri mempermuliakan Maria. Maka benarlah dalam kitab suci bahwa Maria disebut sebagai yang berbahagia (Luk 1:48) dan hingga saat ini Gereja menganggapnya sebagai teladan umat beriman dan sebagai contoh bagi umat agar terus tetap taat kepada Allah.