Bunda Maria adalah pribadi yang begitu dihormati oleh Gereja Katolik dan dinobatkan sebagai Bunda Gereja. Bunda Maria diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus. Ia dianugerahi karunia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di surga maupun di bumi.

Bunda Maria pun menerima salam sebagai anggota Gereja yang  unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Teladan Bunda Maria tampak bukan hanya pada saat dirinya dipilih Allah sebagai perawan yang melahirkan sang Juruselamat, akan tetapi juga tampak dalam seluruh pemberian hidup bunda Maria kepada dunia. Keteladanan bunda Maria senantiasa relevan bagi kita, kaum muda. Mari kita merefleksikan keteladanan bunda Maria bagi kaum muda.

 

Reaksi Maria dalam menerima kabar gembira

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.

(Luk 1: 28 – 30)

Dalam potongan perikop injil Lukas diatas, kita dapat merasakan bagaimana reaksi Bunda Maria terhadap orang asing yang ternyata merupakan malaikat pembawa kabar karunia. Tidak ada reaksi berlebihan seperti meloncat atau langsung menolak karena takut akan munculnya orang asing. Maria yang terkejut justru memilih untuk diam dan tetap tenang. Dia memilih berusaha memahami keadaan yang terjadi dengan imannya. Perawan dari Nazaret itu sejak saat pertama dalam rahim dikaruniai dengan semarak kesucian yang sangat istimewa. Maria menerima salam malaikat pembawa warta dengan sebutan “penuh rahmat”. Kepada utusan dari surga itu ia menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38). Demikianlah perawan Maria menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan. Maria membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan dan mengabdikan diri kepada misteri penebusan Ilahi.

Reaksi perawan Maria terhadap kedatangan kabar mengejutkan yang dibawa oleh orang asing, begitu tenang. Maria tetap mendengarkan malaikat itu berbicara mengenai karunia yang Ia dapatkan. Lantas bagaimana hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi saat ini dimana teknologi semakin canggih, dan akses informasi begitu mudah diakses?  Ketenangan Maria dapat menjadi contoh bagaimana sikap kita dalam menerima segala jenis informasi atau berita bisa diakses dengan cepat terutama informasi-informasi tersebut terkadang bisa memprovokasi kita. Banyak dari para kaum muda saat ini langsung bereaksi dengan berkomentar nyiyir dan menjatuhkan tanpa tau cerita yang terjadi sebenarnya.

Sebagai orang muda Katolik, kita diajak untuk mencontoh sikap Bunda Maria dalam menerima sebuah informasi, yaitu dengan diam terlebih dahulu dan belajar memahami keadaaan dan informasi yang sebenarnya. Kita jangan cepat terhasut oleh pemberitaan yang kenyataanya tidak benar atau bisa dikatakan hoax.

Seperti pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55 pada 16 Mei 2021, Paus mengajak para junalis dan pengguna sosial media untuk kembali kejalan yang benar. Artinya, kita diajak untuk tidak reaktif menyebarkan berita yang kita tidak tau kepastiannya, melainkan reflektif dengan “datang dan lihatlah”. Kita harus mengecek dan memverifikasi secara lebih mendalam apakah berita yang kita sebar sesuai di lapangan atau tidak. Hal ini tentu akan membawa kita menjadi pewarta kabar berita yang baik dan bisa membantu menyelesaikan salah satu tantangan dunia ini.

 

Peran bunda Maria dalam mukjizat pertama Yesus

Teladan Bunda Maria juga bisa kita lihat dari kedekatan relasi yang dia jalin bersama Yesus putranya. Kita bisa melihatnya pada kisah pernikahan di Kana saat Yesus membuat mukjizat-Nya yang pertama (Yoh 2:1-11).

Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2 : 3 – 5)

Kutipan perikop injil Yohanes di atas menunjukan bahwa di balik penyataan bunda Maria kepada Yesus, tersirat  kedekatan relasi seorang ibu kepada anaknya. Bunda Maria sangat mengenal Yesus, dan percaya bahwa Yesus mampu membuat mukjizat. Dari sanalah terjadi mujizat Yesus yang pertama yaitu berubahnya air menjadi anggur. Kisah tersebut menunjukkan relasi yang sangat dekat antara bunda Maria dan Yesus.

Bagi kita, para kaum muda, ada masa dimana kita mengalami keterpurukan dan kesulitan di dalam hidup. Disaat tak ada lagi orang yang membantu, satu-satunya tumpuan dan batu karang yang bisa kita pegang hanyalah Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat. Sebagaimana teladan bunda Maria, kita berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Meskipun doa kita belum tentu langsung dijawab oleh-Nya, kita wajib tetap percaya dan menunggu. Seperti yang dilakukan bunda Maria, walaupun Yesus berkata “ini belum waktunya”, namun Bunda Maria tetap percaya bahwa Yesus akan melakukannya. Kita mungkin akan bertanya-tanya mengapa doa kita belum terjawab, atau kita berpikir mungkinkah Tuhan tak lagi sayang kepada kita. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya kita meneladani sikap bunda Maria, yakni tetap percaya dan setia kepada rencana Tuhan walaupun terkadang rencananya sulit dimengerti dan sulit kita terima dalam kacamata kita sebagai manusia.

Bunda Maria yang berkedudukan sebagai seorang ibu, tidak serta-merta memaksakan kehendaknya kepada Yesus padahal hal tersebut bisa saja dilakukannya. Bunda Maria justru memilih memposisikan dirinya sebagai hamba dan murid Yesus dan menuruti setiap perintah-Nya. Sungguh sikap ketaatan dan kerendahan hati yang sangat luarbiasa dan patut diteladani.  Karena pada akhirnya Yesus akan menjawab doa setiap umat-Nya, pada waktu yang tepat. Begitu pula dengan kita, sebagai orang muda yang begitu dikasihi oleh Tuhan, kita perlu bercermin dari kepasrahan bunda Maria.

Dalam penderitaan hingga wafat Yesus di salib, bunda Maria merelakan Sang Anak yang begitu ia cintai. Bunda Maria pun mengalami duka dan penderitaan yang begitu mendalam.  Namun, di tengah duka yang ia hadapi, di tengah penderitaan dan kehilangan yang ia alami, bunda Maria tetap teguh pada imannya akan rencana Tuhan. Kita pun perlu meneladani keteguhan iman bunda Maria ketika dia harus mengalami penderitaan yang begitu dahsyat, dan ketika harus mengalami duka kehilangan Sang Putra yang begitu ia cintai demi rencana Tuhan. Di dalam keterpurukan, kita perlu berpegang teguh pada iman kita, pada rencana Tuhan yang lebih besar daripada rencana kita. Kita harus setia dan percaya bahwa Tuhan begitu mencintai kita umatNya dalam keadaan suka maupun duka hidup kita.  Bunda Maria mengajarkan bahwa penderitaan yang dialaminya merupakan jalan rencana karya keselamatan bagi banyak orang. Sikap inilah yang patut kita contoh dan kita imani sebagai generasi muda Katolik penerus Gereja.

Semoga kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam iman, terutama dalam menghadapi masalah dan gejolak kehidupan yang terjadi saat ini. Kita harus menjadi anak-anak muda yang ambil bagian dalam karya keselamatan yang telah Tuhan sediakan bagi kita dan bagi orang-orang di sekeliling kita.

Sumber :

Youtube Channel : Bible Learning with Father Josep Susanto

 

 

 

 

 

Written by : Chika

Edited by : Gisella