Semarang (09/04/2020), Pada hari tersebut seluruh umat Khatolik memperingati Perayaan Kamis putih atau biasa disebut dengan Malam Perjamuan Terakhir Tuhan dalam rangkain perayaan Pekan Suci dan dimalam ini juga kita diingatkan kembali bagaimana Yesus membasuh kaki para rasul dan mengundang orang-orang beriman untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain. Misa Kamis Putih ini dipimpin oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang dan disiarkan secara langsung melalui Platform Youtube Komsos KAS.

Dalam homilinya, monsinyur sempat menyinggung kenapa kita tekun dan setia mengikuti misa secara Online. Sejak Gereja memutuskan untuk meniadakan seluruh kegiatan liturgis maupun non liturgis pada tanggal 21 Maret yang lalu Bapa Uskup telah mengamati para umat yang sangat rajin mengikuti misa online ini. Tidak hanya misa mingguan saja, namum para umat juga rajin mengikuti misa harian juga. Melihat perilaku umat yang begitu aktif dalam mengikuti misa online ini beliau ingin mengetahui apakah motivasi mendasar, mengapa kita sebagai umatnya begitu tekun mengikuti misa. Setelah mencari tahu melalui berbagai sharing yang ada, Bapa Uskup menemukan jawaban yang menarik. Ternyata alasan mereka bukanlah karena gabut ataupun bosan dengan rutinitas yang saat ini banyak dilakukan dirumah saja, melainkan karena perasaan mendasar yang dirasakan ada jauh didalam lubuk hati kita. Apakah perasaan itu ? Jawabannya adalah kerinduan,  kita rindu untuk berjumpa dengan Tuhan, untuk mengalami kehadiran-Nya, dan untuk menerima berkat kasih-Nya.

Salah satu sharing dari umat yang begitu menyentuh adalah bahwa karena adanya misa Online, dia bisa merasakan kehadiran Yesus di sekitar mereka. Maka dari itu Yesus pernah bersabda, dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Kehadiran Yesus begitu dirasakan di dalam rumah-rumah yang hening di masa pandemi Covid-19 ini.

Pada saat homili ini, beliau juga bertanya mengenai perayaan Ekaristi, “Sejak kapan toh perayaan ekaristi diadakan?” kata Bapa Uskup kepada para umatnya. Pertanyaan ini membuat kita berpikir kembali kapan sebenarnya Ekaristi mulai diadakan. Dan jawabannya adalah sejak Yesus melakukan perjamuan terakhir bersama-sama dengan murid-Nya. Karena pada saat itu pula, Ia memberikan diri-Nya sebagai anak domba yang harus dikorbankan. Dimana pada saat itu Ia menebus dosa-dosa dunia dengan mengurbankan diri-Nya dikayu salib demi kita.

Dari peristiwa itu, Yesus telah memberikan teladan kasih dan pengorbanan demi keselamatan kita. Kita bisa merenungkan bahwa karena pengorbanan diri-Nya kita selaku manusia berdosa mau bertobat dan tetap mau berdoa kepada-Nya. Dan sebagai umat-Nya, kita diundang untuk meneladani kasih Yesus dengan saling melayani dan berani berkorban demi kebahagiaan orang lain.

Pada kesempatan ini, Bapa Uskup juga berpesan agar kita juga harus menjaga diri kita masing-masing dengan cara melakukan segala aktivitas dirumah guna meminimalisir penularan Virus COVID-19, mengingat saat ini pandemi ini telah masuk ke Indonesia. Kalaupun keluar rumah dikarenakan bekerja ataupun membeli bahan makanan, kita harus menjaga diri dengan tetap menggunakan masker selama keluar dan setelah balik ke rumah jangan lupa untuk mencuci tangan. Momen ini juga membuat kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dikampung halaman. Saat pandemi belum menyerang, kita sangat jarang meluangkan waktu kita untuk balik ke rumah dikarenakan tanggung jawab yang diemban diluar kampung halaman. Oleh sebab itu pada saat sulit seperti ini waktunya kita membuka kembung kemurahan hati lumbung kepedulian dan tabungan cinta kasih kita agar bisa berbagi satu sama lain dan saling memberikan kasih sayang satu sama lain.

Demikianlah pesan-pesan yang disampaikan oleh Bapa Uskup pada saat Misa Perayaan Ekaristi Kamis Putih tahun 2020. Semoga pesan ini dapat kita renungkan dan kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Written by Kristo

Edited by Gisella