It’s Okay.
SAYA suka nonton acara America’s Got Talent. Ada banyak orang hebat yang bikin hati ini kagum dan berdecak. Mereka bisa bikin kita haru dan bersukacita atas pencapaian yang luar biasa.
Dalam satu episode, ada peserta yang bikin empat juri tercengang dengan kisah hidup dan lagunya.
Adalah Nightbirde atau nama aslinya Jane yang tampil dengan kaos hitam dan celana putih sobek.
Dia bercerita bahwa dia adalah penyintas kanker ganas. Ia mengidap kanker paru-paru, tulang punggung dan hati.
Ia menyanyikan lagu ciptaannya sendiri yang berjudul It’s Okay.
Lagu itu berkisah tentang perjuangannya bangkit dari keterpurukan dan ia percaya, karena Tuhan semua akan bak-baik saja.
Suaranya yang sendu namun punya power kuat membuat banyak orang tercengang dengan isi lagunya.
Keyakinan bahwa Tuhan akan membuat semuanya baik-baik saja disuarakan dari hati yang jernih dan penuh harapan.
Semua juri memujinya. Namun Simon Cowel membuat pernyataan yang mengejutkan semua penonton bahwa dia tidak akan memberikan “YES”.
Namun dia langsung memencet Golden Buzzer yang bikin Nightbirde tercengang dan menangis bahagia.
“I have a 2% chance of survival. But 2% is not zero percent. 2% is something. I wish people knew how amazing it is.” Komentarnya sambil melangkah keluar gedung. Ia merasa punya kehidupan baru.
Kepala rumah ibadat, Yairus datang kepada Yesus mohon supaya anaknya yang sakit disembuhkan.
“Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya supaya ia selamat dan tetap hidup.”
Kemungkinan hidup hanya tinggal dua persen. Tetapi orangtua itu percaya pada Yesus dan ia berusaha agar Yesus datang ke rumahnya.
Begitu pula yang dialami wanita yang sakit pendarahan itu. Sudah duabelas tahun sakit dan seluruh hartanya habis untuk berobat, namun tidak sembuh. Sepertinya tidak ada harapan.
Namun ia memberanikan diri menerobos kerumunan orang. Ia hanya ingin menjamah jubah Yesus. Menjamah jubah Yesus ibarat menarik dua persen dari segala kemungkinan.
Seperti kata Jane “Nightbirde”, “Dua persen itu bukan nol persen. Dua persen itu adalah segala-galanya. Sangat luar biasa.”
Keyakinan Yairus dan wanita yang sakit itu mungkin hanya dua persen. Tetapi dua persen yang sangat menentukan hidupnya.
Ketika banyak orang sudah putus harapan, mereka berkata, “Anakmu sudah mati. Apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?”
Yesus menghiburnya dan berkata, “Jangan takut, percaya saja.” Yairus tetap yakin dengan dua persen kemungkinan.
Apakah kita masih punya iman ketika orang banyak sudah kehilangan kepercayaan?
Tuhan selalu memberi peluang, “Jangan takut, percaya saja.”
Apakah kita berani ambil chance yang mungkin hanya dua persen dari segala kemungkinan?
Menyusuri pantai di kota Pacitan,
Memburu ombak di tengah samudra.
Tuhan selalu memberi kesempatan,
Beranikah kita ambil peluang-Nya?
Cawas, percaya saja….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr