“Bapakku, Persembahanku”

SEHARI setelah peringatan setahun ibu meninggal, bapak menyusul ibu, menjumpai kekasih jiwanya di surga. Ada beberapa peristiwa yang menyentuh kami sebagai peristiwa iman hari-hari ini.

Kemarin waktu kami merayakan ekaristi peringatan setahun ibu, bapak yang sedang terbaring di rumah sakit didatangi ibu. Kepada Titik, adik ipar saya yang menjaga, bapak bilang, “Ibumu datang, bilang; ‘ayo Pak tangi…” (ayo Pak segera bangun…).

Tiga hari sebelum dipanggil Tuhan, ada tiga ekor burung gereja bernyanyi-nyanyi di jendela kamar bapak dirawat. Bapak merasa senang mendengar kicauan burung itu. Hari kedua, tinggal dua ekor yang datang. Hari ketiga, pagi-pagi yang cerah tinggal satu ekor saja yang singgah, dan setelah itu dengan tenang bapak ikut terbang bersama Sang Burung Gereja.

Minggu saat burung itu datang bertiga adalah Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Ketika bapak bilang, “ibumu datang…” hari itu adalah Hari Raya St. Maria mengunjungi Elisabet. Ibu mengunjungi bapak untuk diajak segera bangun. Mungkin ibu mengajak bapak bersama-sama “sowan Gusti.” Bapak memang sangat mencintai ibu. Mungkin mereka sudah kangen untuk berkumpul bersama.

Kemarin pagi sesudah sarapan bapak tidur dengan tenang. Setelah doa Angelus, kira-kira pukul 12.36 wib bapak menghadap Tuhan dengan tak terduga karena sebelumnya saya masih bisa telpon beliau.

Hari ini Yesus ditanya apakah boleh kita membayar pajak kepada kaisar atau tidak? Yesus menjawab, “Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah!”

Bapak saya adalah milik Allah. Dia berhak mengambilnya kapan saja. Kami, putra-putrinya tidak berhak “nggondheli.” Apa yang menjadi hak Allah berikanlah kepada Allah.

Puji Tuhan kami sudah berkumpul semua di rumah. Rm. Joko Susanto yang di Palembang, Tutik yang di Lampung sudah ada sejak hari Kamis. Mereka pulang sebetulnya mau berdoa untuk peringatan setahun ibu. Mereka tidak menduga kalau bapak sakit.

Ketika bapak minta supaya anak-anak berkumpul, Rm. Sus dan Tutik yang boleh menjenguk. Tutik mohon dalam hati, “Bapak, yen bapak badhe sowan Gusti, kami ikhlas, tapi jangan ‘nilapke’ kami.”

Benar saja, bapak seperti mendengar permohonan itu. Sebenarnya mereka akan kembali ke Sumatera Senin sore. Semua sudah siap berangkat. Pada saat limit terakhir, ada berita dari Panti Rapih, bapak menghadap.

Ada rasa berat, namun kami ikhlas mempersembahkan bapak kepada Tuhan. Bapak adalah milik Tuhan. Bapak sangat mencintai ibu. Bapak ingin bahagia bersama ibu. Hanya satu tahun persis bapak berpisah dengan ibu. Kini mereka telah bahagia di surga.

“Berikanlah kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”

Kupersembahkan harta paling berharga kepada Allah. Bapak “sugeng tindak, mangga ngaso kanthi tentrem sesarengan ibu ingkang sutresna.”

Membawa rangkaian bunga sebagai persembahan.
Nyanyian dan pujian untuk kemuliaan Bapa.
Trimakasih atas doa-doa, dukungan dan perhatian.
Untuk menghantar bapak menuju ke surga mulia.

Banyuaeng, saat sepi menyergap…
Rm. Alexandre Joko Purwanto.