PADA suatu hari Petruk dihinggapi wahyu Maningrat, Cakraningrat dan Widayat. Ia menjadi Ratu di Lojitengara bergelar Raja Wel Geduwel Beh. Supaya ia dapat menjadi raja, dia harus duduk di singgasana Astina.
Maka disuruhlah Patihnya mencuri singgasana itu. Waktu dia mau duduk di singgasana, ia terjungkal tak berdaya. Dewa membisikkan supaya ia memangku sebuah boneka.
Boneka itu tidak lain adalah tuannya, Abimanyu. Ketika dia memangku Abimanyu, ia berhasil duduk di singgasana. Abimanyu adalah orang yang berhak duduk di atas singgasana Astina.
Dialah yang akan menurunkan Parikesit pewaris Hastinapura. Petruk menyadari diri sebagai rakyat jelata yang rendah. Rakyatlah yang harus memangku rajanya.
Raja tak mungkin berkuasa, kalau tidak dipangku rakyatnya. Petruk adalah gambaran rakyat yang sederhana, kawula alit yang berbudi luhur.
Bacaan Injil hari ini menceritakan Yesus yang mengingatkan kita untuk sadar merendahkan diri. “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Petruk atau Punokawan itulah gambaran rakyat jelata yang kadang tdak sadar akan posisinya. Petruk tidak sadar bahwa tugasnya hanya memangku penguasa.
Ia bukan raja yang sesungguhnya. Ia tidak boleh sombong ketika sedang duduk di kursi penguasa. Ia berasal dari rakyat jelata.
Petruk menyadari kedudukannya sebagai Panakawan. Pana itu pinter kawan itu sahabat.
Panakawan adalah sahabat yang pinter memberi nasehat kepada bendaranya (tuannya). Batur (hamba) itu bukan penguasa.
Ketika Petruk menjadi raja, gaya dan polah hidupnya tidak sesuai, malah dipermalukan banyak orang.
Sabda Yesus itu tetap relevan bagi kita di zaman sekarang, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Lebih baik jadi Petruk yang sederhana
Daripada jadi Sengkuni patih yang jumawa
Berbagialah orang yang suci dan rendah hatinya
Hidupnya akan mulia selamanya
Cawas, desa yang indah nan menawan.
Rm. A. Joko Purwanto Pr