SELAMA satu tahun biasanya ada tiga sampai empat kali kursus persiapan perkawinan di Paroki Tayap. Pesertanya bervariasi. Pernah suatu kali ada 48 pasang.
Hal ini bisa terjadi karena ada banyak pasangan yang nikah adat lebih dahulu, baru kemudian membereskan secara gerejani. Kursus perkawinan menjadi syarat agar mereka dapat menikah atau membereskan perkawinannya secara gerejani.
Panitia kursus tidak hanya memberi materi, tetapi juga harus menyediakan makan minum, tempat menginap dan segala keperluan mereka. Tidak hanya makan untuk suami istri, tetapi kadang mereka juga membawa anak-anaknya.
Untung kami punya tim yang kompak. Bagian dapur dan konsumsi dikelola oleh ibu-ibu paroki. Mereka membentuk kelompok masak. Ada kelompok Bu Anang, kelompok Bu Dora, kelompok Mak Felik, kelompok Mamak Mia. Bagian motong babi Pak Paulinus dan Pak Ronsen.
Bagian penyedia air bersih, kayu api dan sarana-sarana Pak Jali dan Pak Redes. Sementara Pak Janjat dan Pak Bosran memberi materi kepada peserta. Masih banyak lagi orang yang terlibat. Selama tiga hari itu, paroki seperti punya gawai besar.
Di tangan Bu Anang, Bu Dora dan Mak Felik, makanan tidak pernah berkekurangan. Semua orang makan dengan kenyang, bahkan kami punya sisa entah makanan maupun juga anggaran. Mereka bisa membawa pulang makanan ke rumah. Asal ada Bu Anang dan Bu Dora, dapur pastoran itu berubah seperti pasar yang ramai.
Dalam sharing dan refleksi kami sering mengucap syukur karena mengalami peristiwa penggandaan roti. Pengalaman Yesus itu nyata dapat kami rasakan dalam pelayanan kepada umat. Mukjijat itu sungguh nyata.
Seperti Yesus, kami juga digerakkan oleh keprihatinan, banyak orang menikah secara adat, tetapi belum mempunyai akte perkawinan karena tidak diresmikan secara agama.
Awalnya seperti para murid, kami juga bingung bagaimana memberi makan begitu banyak orang? Tapi kemudian ada yang berinisiatif, ayo membawa apa saja yang bisa dimasak dari rumah. Ada yang bawa beras, sayur-sayuran, ikan asin, pucuk ubi, rebung, apa pun yang bisa diolah.
Puji Tuhan semua bisa makan kenyang, juga anak-anak mereka tidak kelaparan. Bahkan ada sisa yang bisa dibawa pulang. Kami menyadari peristiwa itu adalah karena campur tangan Tuhan.
Dalam Injil, Yesus mengajak murid-murid-Nya ikut ambil bagian untuk memikirkan orang banyak. Ada yang memberi roti. Ada yang menyumbang ikan. Kalau semua diserahkan kepada Yesus, semuanya akan berkelimpahan. Mari kita belajar berbelas kasih dan berbagi berkat.
Bunga melati bunga selasih.
Tumbuh diantara rerumputan.
Kalau kita mau berbagi kasih.
Kita tidak pernah akan kekurangan.
Cawas, masuk logika…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr