Minggu dini hari kemarin, Suarez menangis tersedu di tengah Arena Fonte Nova Salvador, Brasil.
Pasalnya, tendangan pinaltinya ditepis oleh kiper Peru, Pedro Gallese. Sebelumnya, gol Suarez dianulir wasit karena dia tertangkap offside.
Menurut logika, Uruguay dijagokan bisa mengatasi Peru, si kuda hitam. Lagipula banyak predator gol di Uruguay seperti Suarez, Edison Cavani dan Stuani.
Suarez adalah “raja” gol di Uruguay. Tak ada yang menyangsikan reputasinya. Tapi apa lacur, dialah satu-satunya penendang pinalty yang tidak berhasil dari 10 penendang.
Alhasih Uruguay dipulangkan lebih awal oleh Peru yang tak diperhitungkan.
Peristiwa di atas adalah drama di arena sepakbola. Drama lain di arena kehidupan adalah drama asmara.
Jatuh cinta atau perasaan hati tak pernah bisa dirunut dengan logika. Tahun 1987 Vina Panduwinata, Si “Suara Centhil,” pernah menyanyikan syair ini: Dimana logika. Hatiku, jatuh cinta kepadanya. Oh tetapi, ternyata. Asmara, tak kenal dengan logika.
Tomas, Rasul yang hari ini kita peringati, ingin mendasarkan iman pada logika, nalar berpikir yang disertai dengan bukti-bukti kasat mata.
Ketika teman-temannya memberitahu bahwa sudah melihat Tuhan yang bangkit, Tomas memainkan logika berpikirnya,
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, aku sama sekali tidak akan percaya.”
Tidak ada yang salah dengan logika Tomas. Dia justru sedang menunjukkan keteguhannya, “keukeh” mempertahankan pendapatnya.
Akhirnya Yesus menjawab keteguhan hati Tomas. Ia datang dan berkata, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu, dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Harus dan selalu menuntut bukti nampaknya tidak selaras dengan kepercayaan. Karena Yesus menegaskan,
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Abraham dan Maria adalah contoh pribadi-pribadi yang sungguh percaya, kendati bukti-bukti secara logika nampak begitu jauh.
Kendati masa depan nampak gelap, tetapi secercah harapan tak pernah pudar. Tetap berani percayakah kita kepada Tuhan kendati masih gelap jauh dari harapan? Kadang hidup tidak selamanya sesuai dengan logika hasil olah pikiran kita. Itulah iman.
Ngefan banget sama Si Burung Camar
Suaranya centhil dan menggemaskan
Cinta tidak butuh logika yang lebar-lebar
Tetapi hati yang tulus dan penuh harapan
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr