“Semar dan Togog”
SEMAR Bodronoyo sesungguhnya adalah dewa. Ia bernama Batara Ismaya. Togog Tejamantri adalah kakak Semar. Ia juga dewa yang bernama Batara Tejamaya. Semar dan Togog turun ke bumi dan menjadi abdi bagi para ksatria.
Semar mendampingi ksatria yang berwatak baik. Sedang Togog mengabdi ksatria yang berwatak buruk. Walaupun mereka itu orang kecil, tetapi sering memberi nasehat, kritik, saran, masukan yang baik kepada tuannya.
Semar danTogog adalah gambaran orang kecil, miskin, sederhana tetapi bijaksana. Mereka adalah wujud rakyat jelata. Jika para ksatria mengikuti nasehat rakyat kecil, hidup mereka akan berhasil, bahagia, selamat. Tetapi jika tidak mau mendengarkan, mereka menuju kehancuran dan kegagalan.
Suara Semar sering didengarkan oleh tuannya. Mereka berhasil mencapai cita-citanya. Sebaliknya nasehat Togog sering tidak digubris oleh tuannya yang sombong dan sok pinter.
Mereka kalah, tidak berhasil dan gagal hidupnya. Mereka yang tidak mau mendengar nasehat orang kecil itu merasa paling pinter, lebih kuasa, sok hebat, sombong, tidak terbuka.
Dalam Injil Yesus naik ke perahu Simon. Ia memerintahkan Simon untuk mencari ikan. “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”
Kalau dipikir-pikir, Simon dan teman-temannya adalah nelayan. Mata pencaharian mereka setiap hari adalah menangkap ikan. Mereka pasti sangat ahli dan mengenal medan.
Sebaliknya Yesus adalah seorang guru, pengajar yang tidak tahu menahu tentang kehidupan nelayan. Anak tukang kayu. Bahkan mungkin membuat jala saja Yesus tidak bisa.
Tetapi Ia menyuruh Simon bertolak ke tempat dalam dan menebarkan jala. Simon yang ahli mencari ikan itu mengungkapkan pengalamannya, “Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa.”
Dia yang berpengalaman saja tidak berhasil. Tetapi dia terbuka terhadap perintah orang baru. “Tetapi atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga.”
Ketika mereka terbuka terhadap hal baru, nilai baru, mau mendengarkan orang lain, hasilnya sangat luar biasa. Mereka menangkap banyak ikan, jala mereka hampir koyak.
Ketika orang berani ambil resiko ke tempat yang dalam, hasilnya sungguh mengagumkan. Mari kita terbuka pada saran orang lain dan berani masuk ke tempat yang lebih dalam.
Merinding oleh hembusang angin.
Seluruh tubuh rasanya gemetar.
Dengarkanlah nasehat orang lain.
Jangan sombong merasa paling benar.
Cawas, gemericik air kolam….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr