“TUHAN, Kau beri aku dua mata, tetapi kenapa aku tidak bisa melihat?” demikian syair yang sering dinyanyikan dengan pilu oleh Anita. Ia dan adiknya Sonia mengalami kebutaan sejak kecil.
Dua gadis dari pedalaman India ini lahir dari keluarga miskin. Orangtuanya hanya buruh tani yang tidak mampu membiayai pengobatan anak-anaknya. Kemungkinan besar mereka tak akan pernah melihat indahnya sinar matahari.
Adalah organisasi 20/20/20 yang bergerak untuk menolong orang-orang buta. Karena bantuan organisasi sosial ini, kedua kakak beradik ini akhirnya menjalani operasi mata. Lensa mata mereka yang rusak diganti dengan lensa buatan. Dan berhasil.
“Aku dapat melihat, Ibu, aku dapat melihat.” Begitu reaksi spontan penuh sukacita ketika perban yang menutupi mata mereka dibuka. Sonia dan Anita dapat melihat dunia dengan segala keindahannya. Tak henti-hentinya mereka bersyukur karena sudah bisa melihat.
Dalam Injil dikisahkan ada dua orang buta datang kepada Yesus. Mereka meratapi nasibnya, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Kendati mereka tidak dapat melihat, namun imannya sangat besar.
Hal itu nampak ketika Yesus bertanya, “Percayakah kalian bahwa Aku dapat melakukannya?”. Mereka pun menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.”
Iman atau percaya pada Yesus itulah daya penyembuhan yang luar biasa. “Terjadilah padamu menurut imanmu”, sabda Yesus. Iman membuka aneka jalan menuju keselamatan. Iman membuka selubung yang gelap menjadi terang benderang. Kegelapan hidup – dilambangkan dengan kebutaan – dapat diterangi dengan iman. Tetaplah punya iman.
Dua orang itu tidak mampu menutupi kegembiraanya. Kendati dilarang untuk memberitakan peristiwa itu, mereka keluar memasyurkan Yesus ke seluruh daerah. Saking gembiranya, mereka lupa pesan Yesus. Kendati dilarang, mereka tetap mewartakan.
Pernahkah anda mengalami kasih Allah sedemikian besar sehingga rasanya ingin selalu bersyukur dan berbagi dengan banyak orang? Itu tanda bahwa anda telah disentuh Tuhan.
Buah ceplukan di taman bunga
Seminggu bisa tumbuh dua
Sungguh indah mata bisa terbuka
Yang ada hanya gembira dan sukacita
Cawas, kangen ceplukan…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr