“Membela Kebenaran”
AGATHA seorang gadis cantik dari Sisilia. Ia menjadi Kristen sejak kecil. Ia berasal dari keluarga yang saleh. Gubernur Romawi yang kafir tertarik pada kecantikan Agatha. Ia ingin memperistri gadis itu. Tetapi Agatha telah berjanji untuk mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.
Karena ditolak cintanya, gubernur itu marah dan mengirim Agatha ke tempat pelacuran. Namun Agatha tetap teguh bertahan. Karena makin gelap mata, gubernur itu menyiksa Agatha dengan cambukan ditubuhnya. Ia menyuruh pengawalnya memotong kedua payudara Agatha dan meletakkannya di atas piring.
Agatha dengan tenang berdoa, ““Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau telah melindungi aku sejak masa kecilku. Engkau telah menjauhkan aku dari cinta duniawi dan memberiku ketabahan untuk menderita. Sekarang, terimalah jiwaku.” Agatha wafat sebagai martir di Catania, Sisilia, pada tahun 250 masehi.
Kemartiran Agatha mirip juga dengan kematian Yohanes Pembaptis dalam bacaan Injil. Agatha membela imannya. Yohanes Pembaptis membela kebenaran. Ia mengkritik Herodes yang merebut Herodias, istri saudaranya. “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu.”
Kekuasaan dan kecantikan telah membutakan Herodes. Ia bertekuk lutut pada rayuan Herodias. Segala yang diminta melalui anaknya dipenuhi Herodes. Kendati itu melanggar hukum dan etika. Kepala Yohanes Pembaptis dipenggal dan ditaruh di atas talam demi melampiaskan sebuah dendam kesumat.
Pembela kebenaran itu walau gugur satu akan tumbuh seribu. Yohanes gugur, tampillah Yesus yang mengajarkan tentang kebenaran dan kasih. Ia nanti juga akan menyusul Yohanes Pembaptis dalam kematian. Yesus mati di kayu salib membela kebenaran.
Biji itu harus jatuh ke tanah dan mati, supaya bisa tumbuh berkembang menjadi banyak. Kebenaran tidak akan pernah mati.
Buah duren rasanya manis sekali.
Langsung dipetik dari lahan perkebunan.
Para martir berjuang sampai mati.
Berkorban demi membela kebenaran.
Cawas, tetap semangat…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr