Gagasan Gur Dur yang Kontroversial.
BANGSA Indonesia harus bersyukur karena punya tokoh hebat seperti KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Pemikirannya melampaui orang-orang sezamannya.
Kendati sering dianggap kontroversial, namun pikiran dan gagasannya sangat mencerahkan, bersifat korektif untuk membangun.
Misalnya ada pernyataan yang kontroversial ketika Gus Dur berkata bahwa anggota DPR tidak beda dengan anak TK.
Orang yang tidak suka akan memprotes. Tetapi kalau dipikir dan direnungkan lebih dalam ada benarnya juga. Hal itu terkonfirmasi dengan tingkah laku para anggota dewan sendiri.
Banyak gagasan Gus Dur yang luar biasa. Misalnya; pengakuan Konghucu sebagai agama, tahun baru imlek, pengakuan terhadap kelompok minoritas, kontroversi soal komunisme dan Israel.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Iwan Fals dalam lagunya “Surat Buat Wakil Rakyat.”
Masyarakat sudah tahu dan membenarkan apa yang dilontarkan Gus Dur maupun Iwan Fals itu.
Bagi orang yang tidak siap, pemikiran ala Gus Dur itu sangat mengejutkan, membuat “risih” dan pasti ada yang tidak senang.
Bagi orang yang paham dan cerdas, apa yang dikatakan Gus Dur itu benar dan menggelitik.
Pernyataan Yesus dalam perikop ini juga menimbulkan kontroversi di antara kaum Yahudi. Ia berbicara tentang roti hidup.
“Yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia.”
Reaksi orang-orang Yahudi waktu itu, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”
Mereka tidak sanggup menerima dan mencernanya. Mereka menjadi gaduh, goncang dan ribut.
Yesus bertanya, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?”
Apa yang diajarkan Yesus itu belum apa-apa, karena Yesus berkata lagi, “Dan bagaimanakah jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Dia sebelumnya berada?”
Karena mereka tidak sanggup menerima ajaran Yesus, banyak orang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia.
Pada saat seperti itu,Yesus justru menantang murid-murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”
Yesus menuntut kesungguhan mereka. Kalau ya katakan ya, kalau tidak jawablah dengan pasti.
Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Petrus mengamini, membenarkan dan mengikuti ajaran Yesus, bahkan sampai menjadi martir demi iman kepada Yesus.
Kita diajak untuk tidak reaksioner secara ektrem dan frontal. Kita perlu merenung, mencerna dan memahami apa pun dengan tenang.
Seperti Petrus, dia mengikuti, menyelami dan mengalami hidup bersama Yesus, makanya dia berani berkata, “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi?”
Pertanyaan reflektif: Ikut Yesus itu banyak yang kontroversial, sudah siapkah anda?
Bagamanakah kita semakin memperdalam pemahaman tentang iman kepada Yesus? Seteguh apakah iman kita kepada Yesus? Sudah seperti Petrus?
Di pengadilan ada banyak kasus,
Dari kasus berat sampai ringan.
Tidak mudah mengikuti Yesus,
Banyak sekali cobaan dan tantangan.
Cawas, kepadaMu aku percaya…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr