SAYA selalu ingat lagu rohani dalam Bahasa Jawa yang diajarkan oleh katekis waktu mau terima komuni pertama.
Syairnya begini; Oh kawula punika palwa upaminya. Alit tur tan prakosa ngambahing samodra. Dipun tempuh prahara lan aluning samodra. Dhuh Dewi Mariyah pangayoman amba.
Terjemahannya begini; Oh hamba ini seumpama perahu sampan. Kecil dan rapuh tidak perkasa berlayar di samudera. Dihadang prahara dan ombaknya samudera. Duh Ibu Maria pelindung hamba.
Memang lagu itu untuk menghormati Maria. Tetapi bisa kita renungkan dalam bacaan hari ini. Kita ini seperti para murid yang mengarungi samudera, diombang-ambingkan angin sakal, prahara ombak. Hidup dalam ketakutan dan kekawatiran.
Saya jadi ingat ceritanya Romo Suprayitno Cs yang diombang-ambingkan ombak di Raja Ampat. Semua merasa 2 jam yang sangat lama dan menegangkan. Mereka hanya diam berdoa rosario.
Dalam ketakutan itu Yesus datang, “Tenanglah Aku ini, jangan takut”. Kita ini sekarang juga mengarungi samudera kehidupan. Kita juga sering mengalami badai kehidupan. Kita takut karena jauh dari Tuhan. Tetapi jika kita mau berseru/berdoa kepada Tuhan, hidup kita akan tenang, damai.
Kalau kita sombong seperti Petrus, kita akan tenggelam. Tetapi jika kita mau percaya pada Tuhan, maka kita akan aman.
Marilah kita mengundang selalu Yesus dalam biduk kita supaya sampan kita aman mengarungi samudera kehidupan dan kita sampai ke tempat tujuan yakni Rumah Bapa di surga.
Mari kita selalu berdoa kepada Yesus Sang Bintang Kejora yang menjadi penunjuk arah sampan kita.
Selamat merenungkan. Berkah Dalem.
Salam Obor Asian Games. Kita Indonesia satu.
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)