Gembala Sejati.
FJELD GARD HARESTUA adalah kampung peternakan yang dikembangkan untuk wisata lingkungan. Di sana dipelihara banyak ternak; sapi, domba, ayam dan kelinci.
Peternakan ini berjarak 45 menit dari Oslo, Norwegia. Perjalanan ditempuh dengan mobil. Suasana kampung yang luas dengan padang rumput memungkinkan domba, sapi, kelinci hidup dengan nyaman.
Ada dua vila yang disewakan untuk para turis. Masing-masing dengan 6 dan 5 kamar tidur.
Kita bisa melihat langsung kegiatan para gembala. Kita dibuat kagum bagaimana para domba sangat kenal dengan suara gembalanya.
Dalam suatu acara outbound, para turis diminta untuk memanggil domba-domba yang sedang merumput di padang.
Orang pertama teman dari Afrika mencoba memanggil-manggil domba-domba. Tetapi teriakannya tidak digubris. Domba-domba tetap makan dengan tenang.
Orang kedua seorang gadis yang juga berteriak-teriak menirukan suara gembala. Namun tidak berhasil juga.
Orang ketiga belum mencoba sudah tertawa terpingkal-pingkal karena tak mampu menirukan suara gembala.
Lalu sang pemilik domba muncul. Dengan jaket warna orange dan topi hijau, dia memanggil domba-dombanya.
Semua orang terperanjat ketika domba-domba itu mendongakkan kepala dan mulai mendekati asal suara. Sang gembala masuk dan berjalan di padang rumput.
Sungguh aneh, semua domba kemudian mengikutinya dari belakang.
Apa yang dikatakan Yesus tentang Gembala dan domba-domba mudah sekali dijelaskan melalui tour di Harestua itu.
Yesus berkata, “Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.’
Domba-domba itu sangat kenal dengan sang gembala. Ketika Gembala memanggil, domba-domba itu mendekat dan mengikutinya.
Orang asing tidak mereka kenal. Mereka tak menggubris suara orang asing.
Yesus berkata, “Seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”
Yesus adalah Gembala utama. Dialah pintu dimana domba-domba masuk ke kandang yang benar dan aman.
Domba-domba mendengarkan suara-Nya. Hanya gembala yang sejati yang akan diikuti oleh domba. Mereka sangat kenal dan paham akan suara gembalanya.
Kalau kita ini adalah domba-domba-Nya, apakah kita sungguh mengenal suara Sang Gembala?
Kalau kita ini domba-domba milik-Nya, apakah kita juga mengikuti kemana Sang Gembala menuntun kita?
Jangan-jangan kita ini sering menyeleweng mencari jalan sendiri. Kita kadangkala menjadi domba yang tersesat dengan tingkah polah kita yang tidak benar.
Kadang kita juga tidak mendengarkan suara Sang Gembala.
Pertanyaan refleksif: Apakah kita mendengarkan suara Yesus yang memanggil kita?
Apakah kita sungguh-sungguh mengenal Yesus, Sang Gembala kita itu?
Pergi ke Pakem membeli kopi,
Dinikmati di bawah pohon kelapa.
Yesus sungguh Gembala sejati,
Dia mengenal dan memelihara kita.
Cawas, Tuhanlah Gembalaku…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr