PADA peringatan Wafat Isa Almasih ini kita bisa mengenang sosok-sosok pejuang kemanusiaan seperti Munir yang meninggal secara misterius tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat menuju Amsterdam.

Ia adalah pejuang HAM dan kemanusiaan universal. Ia pernah berjuang di KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Kemungkinan ia banyak mengusik kaum penguasa otoriter waktu itu.

Sebelum itu ada wartawan Bernas Jogja, biasa dipanggil Udin, meninggal dianiaya orang tak dikenal karena tulisan-tulisannya yang kritis dan mengusik penguasa lokal menjelang pemilihan Bupati Bantul. Ia mati karena menyuarakan kebenaran. Ada lagi pejuang seperti Marsinah.

Mereka-mereka ini, dan masih banyak lagi kaum pembela kebenaran dikurbankan menjadi tumbal atau kambing hitam.

Kasus mereka dipendam oleh waktu dan tidak ada penyelesaian yang tuntas. Kematian mereka untuk menegakkan kebenaran demi orang banyak.

Kematian Yesus di salib dapat dimaknai sebagai tindakan solidaritas dan penebusan bagi umat manusia. Hal ini bisa kita baca dari bacaan kedua, Surat kepada Umat Hibrani yang berkata,

“Imam Agung yang kita punya, bukanlah Imam Agung yang tidak dapat merasakan kelemahan kita. sebaliknya Ia sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa.”

Yesus ingin merasakan kelemahan kita sebagai ciptaan. Kita manusia hina karena dosa dan harus mati. Yesus ingin solider dengan kita dan merasakan kematian. Kendati Dia tidak berdosa.

Yesaya sudah menubuatkan tentang Mesias yang menderita demi keselamatan kita. Nabi berkata, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, padahal kita mengira, dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Sesungguhnya dia tertikam oleh pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya, kita menjadi sembuh.”

Betapa bersyukurnya kita ini. Ada orang yang mau mati membela kita ketika kita jatuh dalam dosa. Membela orang baik, itu sesuatu yang normal. Tetapi Yesus membela kita ketika kita berdosa.

Ia mengambil posisi kita dan kita dibebaskan karenanya. Itulah makna kematian Yesus. Ia mati bukan untuk diri-Nya sendiri.

Tetapi Ia berkorban untuk keselamatan kita. Yesus, Tuhan, dengan salib-Mu Engkau telah menebus dunia. Puji Tuhan dan sembah bakti bagi Allah.

Jumat Agung yang sepi sunyi.
Semua kelu menanggung derita di rumah.
Yesus menanggung dosa kita sampai mati.
Agar kita memperoleh keselamatan dan berkah.

Cawas, Jumat keramat…’
Rm. A. Joko Purwanto Pr