Dari Ragu Menjadi Percaya; Pelajaran dari Outward Bound.

SAYA termasuk orang yang takut pada ketinggian, walau tidak sampai pada taraf acrophobia. Berada di tempat ketinggian, dalam istilah Jawa “singunen” bikin lutut bergetar.

Tidak percaya diri berada di tempat yang tinggi. Tidak berani melangkah atau ragu-ragu untuk berjalan, kalau tidak dituntun. Ini pun juga pengalaman iman.

Tahun 1990-an kami para romo pernah mengikuti kegiatan Outward Bound di Waduk Jatiluhur.

Aneka kegiatan dilakukan; menyeberang waduk pakai kano, hiking, panjat tebing, rope course; seperti Spider web, Climbing Tower, Rapelling sampai Flying Fox.

Tidak hanya saya yang takut, ragu dan kawatir. Hampir sebagian besar peserta merasa ngeri dengan high risk game seperti ini.

Untunglah waktu itu ada Rm. Suyadi yang dipaksa menjadi kelinci percobaan. Tolok ukurnya adalah Rm. Suyadi yang tubuhnya pendek dan gemuk.

Dia selalu menjadi yang pertama. Kalau dia sudah terbukti mampu melakukan, kami dengan percaya diri bisa melakukannya juga.

Latihan-latihan itu membuat kami yang awalnya ragu, bimbang, takut lalu berubah jadi berani, percaya diri, gembira dan selalu jadi bahan cerita yang menyenangkan.

Jadi penyemangat ketika mengalami tantangan yang sulit.

Tomas adalah murid yang ragu-ragu dan tidak mau percaya bahwa Yesus telah bangkit. Cerita-cerita penampakan Yesus kepada murid-murid yang lain tidak dipercaya.

Ia membutuhkan bukti langsung. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Seminggu kemudian Yesus hadir menjumpai Tomas. Yesus dengan pelan mendatangi Tomas.

“Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku. Ulurkalah tanganmu dan cucukkanlah ke dalam lambung-Ku, dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”

Dengan tersedu dan bersimpuh di depan Yesus, Tomas mengakui, “Ya Tuhanku dan Allahku.”

Inilah credo otentik dari seorang yang ragu-ragu dan kurang percaya.

Kita sering juga ragu dan tidak percaya seperti Tomas. Di Jatiluhur dulu kami kurang percaya, butuh bukti dulu.

Yesus tetap membimbing dengan sabar dan tekun. Ia hadir memberi peneguhan.

Sabda Yesus meneguhkan kita yang tidak bisa melihat, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Mari kita tetap percaya dengan bahagia, walau tidak melihat Yesus yang bangkit.

Tuhan kuatkanlah imanku agar tidak meragukan-Mu.

Minum sore pacitannya baceman tahu.
Ditemani teh poci gulanya jawa.
Ampunilah aku yang takut dan ragu.
Tuntunlah agar tetap yakin dan percaya.

Cawas, nikmat pocinya….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr