POLISI ini bertugas di Paris. Kemudian dipindahkan ke kota Vigou. Kota itu tumbuh berkembang berkat sang walikota yakni Jean Valjean. Ia dulu bekas narapidana yang dipenjara karena mencuri roti di sebuah toko. Hidupnya berubah total karena perjumpaannya dengan seorang uskup. Ia kini mengabdikan hidupnya bagi masyarakat Vigou.
Kolonel Javert ingat kembali ketika Valjean di penjara. Ia berpendapat bahwa seorang manusia tidak bisa berubah. Sekali jahat, selamanya dia akan tetap jahat. Maka dia selalu mencari kesalahan Valjean. Ia dipersalahkan karena melindungi seorang pelacur yang punya anak di luar nikah. Kesalahan sedikit saja bisa dipakai oleh Kolonel Javert untuk menjerat Valjean. Ia memaksa sebuah pengadilan digelar untuk membuktikan kejahatan Valjean di masa lalu.
Sang polisi ini mengejar kemana pun Valjean berada. Sekali orang itu jahat, dimana pun akan berbuat jahat. Kebaikan itu baginya hanya kamuflase. Sementara Valjean adalah pribadi yang penuh kasih, suka mengampuni, suka menolong sesamanya. Bagi Javert, kebaikan itu tak pernah dilihat. Ia hanya memandang keburukan Valjean di masa lalu. Di akhir cerita, kebaikan pasti menang melawan kejahatan. Kasih dan pengampunan Valjean menang melawan dendam dan kebencian Kolonel Javert. Begitulah alur kisah dalam Film Les Miserables karya Viktor Hugo.
Yesus menyampaikan perumpamaan kepada murid-Nya, Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, ‘Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu’, padahal balok dalam matamu tidak kaulihat?”
Kejelekan atau kesalahan orang lain itu mudah kita lihat. Tetapi kekurangan sendiri sering tidak mampu kita ketahui. Pepatah mengatakan, “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tiada tampak.” Menyalahkan orang lain itu mudah, tetapi mengakui kesalahan diri sendiri itu sulit.
Marilah kita koreksi diri lebih dahulu, sebelum kita mengoreksi atau mengkritik orang lain. Mulai perbaiki diri sendiri, sebelum kita memperbaiki orang lain.
Pergi ke Pasar Klewer membeli kain.
Ketemu mbak-mbak penjual baju yang cantik.
Sebelum “mencacat” keburukan orang lain.
Introspeksi diri sendiri itu akan lebih baik.
Cawas, selalu ada jalan…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr