SEORANG ibu datang kepada Rm. Wignyamartaya almarhum. Ia minta tolong kepada romo untuk mengobati anaknya yang sering “tom-tomen” malam-malam.
Tom-tomen itu seperti orang mengigau tidak sadar sambil teriak-teriak kayak ketemu setan. Romo Wignya minta ibu itu menggambarkan denah rumah, kamar dan letak tempat tidur anak itu.
Ibu itu menggambar denah dan membawa ke pastoran. Lalu Romo mencoret-coret kertas bergambar denah rumah dan kamar itu.
Lalu Romo memberi nasehat, “Anakmu harus pindah tidurnya. Jangan di ruangan ini. Di bawah tempat tidur itu ada arus air yang kuat.”
Romo Wignya memang pandai mendeteksi aliran air di bawah tanah. Ibu itu pulang dan mengikuti nasehat Romo Wignya. Sejak saat itu anaknya tidak pernah tom-tomen lagi.
Hati seorang ibu pasti menginginkan anaknya sehat, bahagia dan selamat. Itulah yang dikisahkan dalam Injil.
Seorang Ibu dari Siro Fenisia berkebangsaan Yunani memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan.
Yesus tidak serta merta memenuhi permintaannya. Ia menguji ketekunan dan kerendahan hati ibu itu. Kata-kata Yesus keras dan menyakitkan,
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Kendati menerima kata-kata yang merendahkan, wanita itu tidak mundur. Ia tetap maju berjuang dan memohon kepada Yesus.
Karena kerendahan hati dan kegigihannya, Yesus memenuhi permintaan ibu itu. “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Ibu itu pulang dan anaknya sudah terbebas dari kuasa setan.
Meminta kepada Tuhan itu dibutuhkan sikap kerendahan hati dan kegigihan. Kerendahan hati berarti kita mengakui bahwa Allah itu mahakuasa.
Kita adalah manusia lemah yang hanya bisa mengandalkan Tuhan. Kita tidak bisa memaksa dan mendikte Tuhan.
Gigih berarti tidak boleh mundur atau putus asa. Tuhan kadang menguji kita. Tuhan belum mengabulkan doa kita.
Bahkan memberi situasi yang lebih berat kepada kita. Sudah jatuh tertimpa tangga. Iman kita sedang diuji kekuatannya. Apakah kita masih mampu bangkit mengangkat tangga itu?
Seperti wanita Siro Fenisia itu, ia memperoleh rahmat besar yang diharapkannya. Sebagaimana Yesus sendiri yang bertahan memanggul salib dan mau mengorbankan diri, kemuliaan kebangkitan menjadi buah perjuangan.
Mari kita tunjukkan iman kita dengan sikap rendah hati dan gigih berjuang tanpa henti.
Tu wa ga pat tu maju
satu lawan empat hasilnya tetap tujuh
teladan yang gigih adalah ayah ibu
selalu berjuang tidak pernah mengeluh
Cawas, menghitung cicak di dinding
Rm. A. Joko Purwanto Pr