“Kattabelletje”
ISTILAH dalam Bahasa Belanda itu kita gunakan menjadi katebelece yang artinya adalah surat sakti atau surat kuasa. Surat itu diberikan dari seorang atasan atau pimpinan kepada bawahan untuk mengurus segala sesuatu supaya dipermudah.
Pada awalnya istilah ini berkembang di birokrasi. Zaman orde baru istilah ini cukup familier. Asal ada surat sakti segala urusan kita akan lancar. Katebelece itu semacam memo atau nota perintah yang wajib dilaksanakan. Katebelece itu bisa dipakai untuk kenaikan jabatan, mutasi atau perpindahan pegawai. Katebelece dibuat bukan berdasarkan profesionalitas tetapi hubungan kekerabatan.
Lama-kelamaan katebelece tidak hanya untuk urusan birokrasi. Hampir semua sektor kehidupan, untuk mempermudah segala urusan, bisnis misalnya, pengusaha minta katebelece dari penguasa agar bisa memenangkan suatu proyek. Untuk memasukkan anak sekolah atau kuliah, agar diterima, minta katebelece dari orang yang berpengaruh atau kuasa.
Ketika Yesus mengajar di bait Allah, para imam-imam kepala dan pemuka-pemuka bangsa Yahudi bertanya kepada-Nya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”
Yesus dipandang oleh mereka sebagai orang biasa. Ia bukan keturunan dari imam-imam. Keluarga-Nya tidak punya kuasa atau kedudukan apa-apa di tengah masyarakat. Tetapi Ia mengajar dengan penuh kuasa. Banyak orang percaya dan mengikuti-Nya.
Bisa jadi para imam-imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi itu tersaingi oleh pengajaran Yesus, sehingga mereka mempertanyakan kuasa-Nya.
Yesus balik bertanya kepada mereka, “Dari manakah pembaptisan yang diberikan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Dengan kata lain, Yohanes membaptis itu dari kuasa siapa? Mereka bingung sendiri. Akhirnya mereka menjawab, ”Kami tidak tahu.” Hati mereka tumpul, buntu.
Semestinya mereka bisa menyimpulkan sendiri. Yesus membuat orang bisu berkata, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang mati dibangkitkan, orang miskin mendengar kabar gembira. Kuasa dari manakah itu kalau bukan dari Allah sendiri?
Sekali lagi karena ambisi kekuasaan, jabatan, kedudukan serta iri hati melihat orang lain punya kemampuan serta takut tersaingi membuat mata mereka menjadi buta, sehingga mereka tidak bisa melihat karya-karya Allah di sekitarnya.
Anak Yakub namanya Benyamin.
Yang sulung namanya Yehuda.
Janganlah iri kepada orang lain.
Biar hati tetap ringan gembira.
Cawas, seorang sahabat pergi….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr