SEPASANG pengantin muda membuka warung kecil di Brooklyn desember 1902. Esther dan suaminya, Salomon. Mereka penganut Yahudi. Pembeli pertama adalah pastor muda bernama Caruana.
Pastor itu bercerita kepada Salomon bahwa gerejanya harus tutup.Ia butuh dana sebesar $500 senin depan. Salomon iba. Ia minta kepada Esther untuk menjual semua hadiah perkawinan mereka. Hanya dapat $250. Ia pinjam kerabat besarnya, dan terkumpul $250.
Dana itu dipinjamkan untuk membantu pastor muda itu. Paroki St.Lucia tidak jadi ditutup. Persahabatan tulus terjalin antara Pastor Katolik dengan keluarga Yahudi untuk beberapa lama. Pastor Caruana kemudian ditarik ke Roma.
Warung Ester berkembang menjadi Toko Serba Ada Ueberall yang besar. Salomon meninggal karena jantung. Hitler masuk Austria pada perang dunia kedua.
Banyak saudara Ester ingin mengungsi ke Amerika. Tapi Amerika sudah menolak. Mereka mengusulkan pergi ke Cuba dengan syarat harus ada pihak sponsor di Cuba. Ia tidak punya kenalan di Cuba.
Ia minta bantuan pastor muda di Gereja St. Lucia, siapa tahu bisa menghubungkan dengan gereja di Cuba. Tanpa diduga, Uskup Agung Mgr. Caruana sendiri menyambut Esther di Havana Airport.
Mereka berjumpa setelah sekian puluh tahun tak berkabar. Singkat cerita seluruh keluarga Esther dapat tempat pengungsian di Cuba. Ketika Uskup Caruana sakit di Philadelphia, Esther berkunjung dan itulah perjumpaan terakhir.
Uskup itu memberikan bros perak sebagai kenangan terakhir kepada sahabatnya, Esther Ueberall. “Pergilah dengan damai Bapa, kenangan akan engkau sangat manis di hati saya.” Ucapnya. (disarikan dari Majalah Guideposts, Februari 1974 dan Mei 1987 yang ditulis sendiri oleh Esther Ueberall).
Yesus berkata, ”Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Yesus menyebut kita adalah sahabat-Nya. Ia memberi contoh bagaimana membangun relasi sahabat. Seorang sahabat berani berkorban bagi orang yang dikasihinya. Ia mengorbankan nyawa-Nya untuk kita.
Kita adalah pribadi yang sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak menganggap kita hamba, tetapi menjunjung kita menjadi sahabat-Nya. Persahabatan yang tulus didasari dengan kasih yang menembus batas-batas. Tidak ada yang lebih indah selain sebuah persahabatan antar pribadi yang mau berkorban.
Aku tak sing ngalah trima mundur timbang lara ati.
Tak oyaka wong kowe wis lali ora bakal bali.
Paribasan awak urip kari balung lila tak lakoni.
Jebule janjimu, jebule sumpahmu ora bisa digugu.
Cawas, timbang lara ati, luwung dijogedi…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr