“Jangan Ada Yang Terbuang,” Menghargai Orang Kecil.
“YEN mangan kudu resik, ora kena sisa, mengko mundhak pitike mati.” Itu adalah nasehat orang-orang tua kepada anaknya. “Kalau makan harus bersih, tidak ada sisa, nanti ayamnya mati.”
Tentu saja saya waktu itu tidak tahu apa hubungannya makan tidak habis dengan ayam yang mati. Saya menuruti saja yang disampaikan orangtua.
Sejak kecil saya dididik orangtua untuk menghargai sebiji nasi yang ada di piring.
Kalau kita makan, orangtua selalu menasehatkan agar apa yang sudah diambil di piring dihabiskan.
Tidak boleh ada yang dibuang sedikit pun. Setiap kali makan, piring harus bersih, tak boleh ada nasi berceceran.
Setelah bisa berpikir, nasehat orangtua itu banyak manfaatnya. Kita diajak menghargai rejeki pemberian Tuhan. Kita juga menghargai jerih payah orangtua yang bekerja keras agar keluarga bisa makan.
Selain itu kita juga belajar “ngukur” kemampuan diri. Kalau kita hanya bisa makan sedikit, jangan mengambil banyak-banyak, karena nanti hanya dibuang. Mengambil makanan seperlunya saja.
Paus Fransiskus pernah bilang, “Membuang makanan berarti kita merampas hak orang miskin.” Itulah sebabnya jangan sampai ada makanan yang dibuang sia-sia.
Yesus mempergandakan lima roti dan dua ikan dari seorang anak kecil. Bagi para murid lima roti dan dua ikan apalah artinya bagi sekian ribu orang. Tetapi jika yang sedikit itu disyukuri pastilah akan cukup bagi banyak orang.
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikan kepada mereka semua.
Bila kita mampu bersyukur, maka akan cukup, bahkan bisa lebih. Maka Yesus berkata, “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih, supaya tidak ada yang terbuang.”
Mari kita menghargai dan mensyukuri rejeki pemberian Tuhan. Janganlah boros dengan membuang makanan.
Masih ada banyak saudara kita yang tidak bisa makan. Kalau kita membuang makanan berarti kita tidak punya rasa syukur dan belarasa terhadap mereka yang kelaparan.
Pagi-pagi makan bubur,
Bubur babi di jalan supratman.
Kalau kita punya rasa syukur,
Hidup kita akan berkelimpahan.
Cawas, marilah bersyukur….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr