PUNTADEWA adalah putera Batara Dharma, dewa kebaikan. Ia juga disebut Dharmaputera. Dharma berarti berbuat baik. Yang dibuatnya adalah nilai-nilai kebaikan.
Ketika ia kalah bermain dadu, ia dibuang bersama-sama dengan saudara-saudaranya di tengah hutan selama duabelas tahun. Ia menerima dengan ikhlas. Ia tidak dendam terhadap para Kurawa.
Bahkan seandainya segala apa yang dimiliki diminta oleh musuhnya sekalipun, ia akan memberikannya dengan senang hati. Ia tidak mau berperang dalam gelanggang baratayuda.
Kalaupun mereka meminta nyawanya, asalkan dunia bisa damai aman sejahtera, ia akan memberikannya. Ketika Kresna membujuknya untuk maju berperang, Dharmaputera tetap kukuh tidak mau melukai musuhnya sekecil apapun.
Kresna berkata, “Paduka itu, orang baik dibaiki, orang jahat juga dibaiki.” Demikianlah sifat putera Sang Dharma. Ia hanya ingin berbuat dharma demi kebaikan itu sendiri.
Dalam kotbah-Nya Yesus berkata, “Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kalian. Karena dengan demikian kalian menjadi anak-anak Bapamu di sorga.”
Yesus menentang apa yang sudah diajarkan dan dihayati secara umum, “Kasihilah sesamu manusia dan bencilah musuhmu.” Mengasihi sesama dan membenci musuh itu dianggap normal dan wajar. Namun bagi Yesus untuk menjadi anak-anak Bapa di sorga, memang ada tuntutan yang lebih berat.
Mengasihi hanya kepada mereka yang seiman, seagama, sesuku, sekelompok atau sesama bajunya belumlah cukup. Kasih itu harus menembus batas-batas kelompok eksklusifitas.
Berbuat baik hanya kepada orang-orang yang baik kepada kita saja itu masih kurang. Standar yang ditetapkan Yesus adalah “Kalian harus sempurna sebagaimana Bapamu di sorga sempurna adanya.”
Allah Bapa itu mengasihi manusia siapa pun juga. Ia membuat matahari terbit bagi orang jahat, dan juga bagi orang yang baik.
Hujan pun diturunkan bagi orang benar dan juga bagi orang yang tidak benar. Kasih Allah tanpa pamrih dan tidak membeda-bedakan. Begitulah kiranya kalau kita mau menjadi anak-anak Bapa di sorga.
Kasih Allah itu seperti kasih seorang ibu. Ia mengasihi semua anak-anaknya tanpa membeda-bedakan. Ibu mengasihi anak-anaknya juga tanpa mengharapkan balasan. Ia hanya ingin anaknya menjadi orang yang baik.
Allah juga ingin kita semua menjadi orang baik dan akhirnya selamat sampai kembali ke rumah-Nya. Marilah kita belajar mengasihi seperti seorang ibu yang mengasihi anak-anaknya.
Senja di langit masih berwarna biru.
Mengingatmu hati terasa pedih.
Betapa besar kasih seorang ibu.
Ia mengasihi semua tanpa pamrih.
Banyuaeng, indah kasihmu….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr