Merpati Lambang Perdamaian

SENIMAN Jerman, Justus Becker, melukis seekor merpati yang membawa ranting zaitun dalam warna nasional Ukraina (biru dan kuning) di dinding luar sebuah bangunan di Frankfurt.

Dengan mural tersebut, warga Frankfurt menyiratkan bentuk harapan dan solidaritas untuk warga Ukraina yang sedang porak poranda diserbu Rusia.

Sejak zaman dulu merpati menjadi ikon kesucian, kepolosan, keindahan dan perdamaian karena merpati tidak mempunyai kantong batu empedu, makanya bebas dari kepahitan dan kejahatan.

Di mitos Yunani, merpati adalah pendamping dari dewi cinta Aphrodite atau Venus.

Karakter merpati adalah pembawa damai. Dia tidak pernah membunuh dalam mencari makan. Ia tidak pernah membalas atau melawan saat diserang, ia cenderung menghindar saat berhadapan dengan lawan.

Merpati adalah lambang romantisme. Ia sangat mengasihi dan menjaga pasangannya.

Binatang ini selalu bekerjasama dengan jodohnya. Merpati adalah binatang monogam yang setia pada pasangannya.

Keduanya saling membantu dan mengisi. Jika yang betina mengeram, sang jantan menjaga di dekat sarang. Jika sang betina kelelahan, si jantan mengganti untuk mengerami demi kehangatan bagi calon bayi merpati.

Belajar dari merpati yang menjadi simbol damai. Kita ingat sabda Yesus yang memberi damai pada kita.

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia.”

Yesus datang membawa damai dan kasih kepada semua manusia. Ajaran-Nya adalah ajaran kasih dan pengampunan.

Yesus tidak mengajarkan kekerasan dan kebencian.

Dia berkata, “Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Bahkan ketika Dia sudah disalib, Yesus masih mendoakan para serdadu dan orang-orang yang menyalibkan-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”

Maka kepada murid-murid-Nya Dia mewanti-wanti untuk mengasihi dan membawa damai di mana-mana.

Sabda perpisahan Yesus itu menjadi wasiat bagi kita.

Dia akan pergi kepada Bapa, tetapi Dia meninggalkan damai sejahtera bagi kita.

Kalau kita mengasihi Yesus, maka kita akan mewartakan damai dan sukacita kepada semua orang.

Orang Katolik dimanapun dipanggil untuk membawa damai bagi dunia sekitarnya.

Pertanyaan reflektif: Apakah anda sudah membawa damai kepada tetangga-tetangga di sekitar anda?

Apakah kehadiran anda membawa sukacita dan damai bagi sesama?

Main-main di pinggir pantai,
Ombak datang silih berganti.
Kalau kita membawa damai,
Akan ada sukacita di hati.

OTW Lombok, jadikan aku pembawa damai…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr