MENURUT Victor Hugo, Pengarang Les Miserables, gadis cantik ini lahir di Montreuil-sur-Mer tahun 1796. Ia berpacaran dengan seorang mahasiswa kaya, Felix Tholomyes. Namun sayang, Fantine ditinggal sendirian ketika dia hamil. Ia menitipkan anaknya, Cossete kepada keluarga Thenardier agar dapat bekerja untuk membesarkannya. Thernardier ini jahat. Ia memeras Fantine untuk selalu mengirim uang. Ia bekerja di pabrik milik Sang Walikota. Tetapi oleh mandornya, dia diketahui punya anak di luar nikah. Maka Fantine dipecat. Kesulitan hidup semakin menjeratnya. Ia menjual rambutnya yang indah dan giginya yang putih kemilau. Namun semua itu tak mampu memenuhi kebutuhannya. Akhirnya ia melacurkan diri di jalan.
Ia ditangkap polisi dan dijatuhi denda. Sang walikota, Jean Valjean tahu tentang kasusnya. Ia membebaskan Fantine dan merawatnya di rumah sakit amal. Ditumpahkannya semua nasib dan penderitaan kepada Jean Valjean. Mulai saat itu sang walikota jatuh belaskasihan kepadanya.
“Aku ingin hidup bersama putriku. Dialah satu-satunya harta milikku. Tolong jagalah dia” kata Fantine kepada Valjean ketika mereka duduk makan bersama di taman rumah sakit. “Aku akan menjemput Cossete dan membawanya kepadamu” kata Valjean. Namun hal itu tidak terjadi karena Fantine meninggal oleh sakit TBC yang parah. Valjean membawa Cossete ke Paris dan membesarkannya di sekolah asrama susteran. Cossete tumbuh menjadi gadis cantik. Ia menyebut Valjean sebagai papanya.
Yesus datang ke pesta di rumah orang Farisi. Seorang wanita yang terkenal sebagai pendosa datang membawa minyak wangi. Ia mencium dan meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Di depan Yesus, ia menangis menyesali dosa-dosanya. Yesus berkata, “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, karena ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni,sedikit pula ia berbuat kasih.”
Perbuatan kasih akan membawa berkah. Semakin banyak berbuat kasih, semakin berkahnya melimpah. “Dosamu sudah diampuni” kata Yesus. Wanita berdosa itu menunjukkan kasihnya yang tulus kepada Yesus. Ia seperti orang yang berhutang banyak dan dibebaskan oleh Tuhan. Maka balasan kasihnya juga lebih besar.
Kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan. Semakin besar hutang kita semakin besar pula balasan kita kepada-Nya, karena semua hutang dihapuskan Tuhan.
Satu jam menikmati bakso dua.
Masih ditambah telur puyuh tiga.
Kasih Tuhan melebihi dosa kita.
Mari kita membalas belaskasih-Nya.
Cawas, satu jam saja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr