“Bukan Demi Aturan”
“KALAU masa puasa tuh saya rajin ikut misa di gereja, pendalaman KS di lingkungan, juga menyisihkan uang di kotak APP, bahkan kami dipaksa oleh mama untuk baca Kitab Suci di rumah bersama-sama,” demikian sharing Maria.
“Tapi nanti kalau sudah selesai masa puasa ya udah deh kembali seperti biasa, malas ke gereja, enak bangun siang-siang kalau hari Minggu. Boro-boro baca Kitab Suci, nyentuh aja kagak.” Imbuhnya dengan tersenyum malu.
Masa puasa adalah masa yang istimewa. Masa ketika kita diajak kembali menjadi manusia bersih. Ibarat laptop atau HP yang sedang diupgrade, default setting, menjadi baru lagi, bersih dari virus-virus atau aplikasi yang tidak berguna.
Bagi kita puasa kadang hanya sekedar menjalankan kewajiban, mengikuti aturan atau ajakan karena gereja mengajarkan demikian. Buah-buah dari puasa dapat dinilai ketika kita menjalani hidup harian.
Kalau kehidupan kita setelah puasa itu biasa-biasa saja, kita seperti kembali menempatkan anggur baru ke dalam kantong yang lama.
Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi menjalankan ibadat puasa. Tetapi murid-murid Yesus tidak. Maka orang-orang bertanya, “Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, mengapa murid-murid-Mu tidak?”
Yesus menjawab, “Selama pengantin itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang, pengantin itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Kita harus memperbaharui cara berpikir kita seperti Yesus. Menempatkan anggur baru di kantong yang baru. Cara hidup baru semestinya juga didukung dengan cara berpikir dan kondisi hidup yang baru pula. Misalnya, melakukan puasa bukan sekedar menjalani aturan, takut dosa tetapi demi kehidupan yang lebih baik.
Minggu pagi naik sepeda.
Sepeda kecil tuasnya tiga.
Kalau kita jalankan puasa.
Demi hidup yang berbahagia.
Cawas, jadwal disuntik…..
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr