KEPUTUSAN Yusuf menerima Maria yang sudah mengandung mungkin suatu hal yang sulit dipahami. Waktu mereka menjalani masa pertunangan, Yusuf mengetahui bahwa Maria sudah mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Sebagai laki-laki normal, pasti Yusuf kecewa, marah, jengkel dan bingung. Namun ia masih berpikir jernih dan tenang, tidak mau merugikan Maria. Ia tidak mengumbar atau melaporkan peristiwa itu kepada orang banyak. Ia tidak ingin mencemarkan Maria di muka umum. Maka ia berencana meninggalkan Maria dengan diam-diam.

Menceraikan Maria dengan diam-diam mungkin adalah keputusan terbaik baginya. Kalau dia mencemarkan Maria di depan umum, bisa jadi Maria dihukum rajam sampai mati. Yusuf adalah pribadi yang tulus hati. Ia berpikir demi kebaikan Maria, bukan demi kepuasan diri sendiri. Segala keputusannya dipertimbangkan baik-baik.

Ketika sedang mempertimbangkan itu, Yusuf mendapat peneguhan dari malaikat dalam mimpinya. “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab Anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”

Peristiwa itu dihayati sebagai kebenaran ilahi oleh Yusuf. Itu adalah kehendak Allah. Maka sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Itulah ketaatan seorang Yusuf. Segera sesudah bangun, ia langsung berbuat tanpa menunda-nunda waktu.

Kesediaan Yusuf menerima Maria adalah tindakan seorang yang tulus hati untuk menolong Maria, sekaligus ketaatan kepada kehendak Allah yang sepenuhnya belum bisa dipahami. Iman memang sebuah misteri, yang tidak mungkin kita pahami sepenuhnya. Hanya butuh sebuah ketaatan mutlak kepada kehendak Allah.

Dalam hal ini Yusuf memberi contoh kepada kita ketaatan iman kepada kehendak Tuhan. Tanpa menoleh ke belakang lagi, ia maju mengambil Maria sebagai istrinya. Tanpa ragu-ragu, ia segera melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

Pernahkah kita memiliki iman seperti Yusuf itu? Dengan berani mengambil resiko untuk bertanggungjawab demi kebaikan bersama? Mau memikirkan kebaikan orang lain di atas kepentingan sendiri?

Sungguh indah main di pojok kampus.
Mengibarkan layang-layang dari kain.
Kalau kita mempunyai hati tulus.
Tak mungkin merugikan orang lain.

Cawas, indah malam purnama….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr