Pamitan
(Gesang)
LILANANA pamit mulih (Ijinkanlah aku pergi)
Mesti kula yen dede jodhone (jika aku bukanlah jodohnya)
Muga enggal antuk sulih (Moga cepat dapat pengganti)
Wong sing bisa ngladeni slirane (orang yang pantas mendampinginya)
Pancen abot jroning ati (memang berat dalam hati)
Ninggal ndika wong sing tak tresnani (melepasmu orang yang kucintai)
Nanging badhe kados pundi (namun harus bagaimana lagi)
Wong kawula sak drema nglampahi (karena aku hanya sebatas menjalani)
Lagu ini benar-benar lagu pamitan bagi Broery Pesolima. Tidak lama setelah menyanyikan lagu ini versi Indonesianya, Broery pergi untuk selama-lamanya. Begitu pula sang penciptanya, yang juga pecipta lagu Bengawan Solo, menyusul pergi menghadap Sang Pencipta.
Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu; sebaliknya jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Penghibur itu datang, Ia akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.”
Yesus pamit kepada para murid. Tetapi Dia berjanji akan ada pengganti-Nya yakni Roh Kudus, Roh-Nya sendiri yang akan membimbing dan mendampingi para murid-Nya.
Yesus tidak tega membiarkan kita mengarungi kehidupan sendiri. Ia pergi meninggalkan kita. tetapi ia mengutus Roh Kudus mendampingi kita dalam peziarahan di dunia ini.
Dalam Kisah Para Rasul, sangat jelas bagaimana Roh Kudus membimbing mereka untuk bersaksi mewartakan Injil kemana-mana. Sejak peristiwa Pantekosta, Yesus mencurahkan Roh-Nya kepada murid-murid untuk bersaksi.
Gereja tersebar dimana-mana dan kuasa Roh Kudus menaungi mereka. Kita tidak perlu bersedih karena Yesus pergi, karena ada Roh Kudus yang menemani. Dengan begitu Yesus selalu menyertai kita sampai akhir zaman.
Bunga kamboja bukan bunga melati.
Lebih harum bunga arum ndalu.
Yesus tidak tega kita berjalan sendiri.
Roh Kudus diutus menjaga kita selalu.
Cawas, tidak pernah putus berharap….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr