IBUKU sering berbohong. Ketika anak-anaknya belum makan sampai kenyang, ia bilang tidak lapar, walau belum ada sesuap nasi pun masuk di perutnya.
Ia menunggu sampai anak-anaknya makan kenyang. Ia rela makan sisa-sisa dari semua anaknya. Walau bekerja sampai malam, ibu bilang tidak capek. Ia menunggui sampai anak-anaknya terlelap tidur semua. Bahkan kadang ia tidur hanya satu-dua jam, karena harus mengganti popok adik yang masih kecil.
Ketika aku ragu dan bimbang di jalan imamat, aku pulang ke rumah. Aku tidak berani bilang pada ibuku. Tetapi di tengah malam, ibuku berdoa tentang masalahku.
Aku bisa “nguping” karena rumah kami waktu itu berdinding bambu. Hati seorang ibu menembus hatiku yang gundah gulana. Karena dukungan doa ibu itu, pagi-pagi aku pamit langsung balik ke seminari lagi.
Hari ini Gereja memperingati hati tersuci Santa Perawan Maria. Hati seorang ibu hanya tertuju bagi keselamatan dan kebahagiaan anak-anaknya. Maria dan Yusuf pergi ke bait suci bersama Yesus yang masih berumur duabelas tahun.
Ketika mereka pulang, Yesus tertinggal di bait suci. “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau?”
Tidak ada seorang ibu yang tidak cemas, jika melihat kesusahan anaknya. Hal itu menunjukkan betapa kasihnya seorang ibu kepada puteranya. Setiap anak mempunyai persoalan masing-masing.
Hati seorang ibu tidak pernah lepas dari setiap kesusahan anak-anaknya. Ia mengikuti sejak awal kelahiran sampai akhirnya. Harapan dan doa-doanya dilambungkan untuk kebaikan anak-anaknya. Semua disimpan dalam hatinya yang luas bagai samudera.
Kendati Maria tidak mengerti semua maksud Allah dalam mengarungi jalan hidupnya, ia hanya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Itulah ketaatan mutlak dalam menjawab kehendak Tuhan. Perkara-perkara yang tidak dimengerti disimpan dalam hatinya sendiri. Tidak semua perkara diobral atau diceritakan keluar.
Maria tidak suka bergosip ria. Ia menyimpan perkaranya dan hanya kepada Tuhan saja ia menumpahkan segalanya. Hening dalam doa. Berdialog berdua saja dengan Tuhan untuk semua perkara. Itu akan lebih menentramkan hati.
Mari kita meneladan hati Sang Perawan tersuci ini.
Berjemur di bawah sinar mentari.
Menikmati kicau burung merdu.
Bunda Maria, Perawan yang tersuci.
Doakanlah kami anak-anakmu.
Cawas, melangkah lagi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr